FMIPA UI Tambah 2 Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kimia

Rabu (24/4) FMIPA UI resmi menambah 2 orang guru besar tetap baru bidang ilmu kimia, yakni Prof. Dr. Yoki Yulizar, M.Sc., dan Prof. Dr. Ivandini Tribidasari Anggraningrum, S.Si., M.Si. Keduanya diangkat menjadi guru besar tetap FMIPA UI melalui upacara pengukuhan yang dipimpin oleh Ketua Senat Akademik UI Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, M.Sc., M.Phil., Ph.D. di Balai Sidang UI, Kampus Depok.

Prof. Dr. Yoki Yulizar dalam pidato pengukuhan yang berjudul “Peningkatan Kinerja Nanomaterial melalui Modifikasi Kimia Antarmuka menjelaskan, meningkatnya kebutuhan manusia mengakibatkan bertambahnya aktivitas industri yang berdampak pada semakin banyaknya limbah yang dihasilkan. Sejumlah limbah beracun dan berbahaya diantaranya, Ion logam berat, zat warna, polimer, dan detergen. Ion logam berat sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan mencemari air pada konsentrasi sangat rendah.

“Jika terakumulasi dalam umlah besar, ion logam berat dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh makhluk hidup” Jelasnya.

Ia menyebut, sudah banyak metode yangd ilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan limbah, seperti pengendapan menggunakan bahan kimia, cara ekstraksi pelarut, cara elektrokimia, pertukaran ion menggunakan mikroorganisme, konversi dan degradasi senyawa, serta adsorpsi dengan biomaterial, zeolit dan lempung.

Pada penelitian ini, Prof. Yoki menyampaikan metode modifikasi permukaan material pendukung menggunakan nanopartikel jenis logam. Oksida logam, ligan, polimer, surfaktan, atau senyawa kompleks lainnya untuk membentuk nanokomposit.

Melalui metode dua pemodifikasi yang ditelitinya tersebut, diperoleh hasil modifikasi material berupa nanokomposit dengan kinerja yang tinggi, sehingga menjadi solusi untuk diaplikasikan dalam industri agar dapat mengurangi permasalahan air limbah.

Selanjutnya, Prof. Ivandini menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Diamond Berkonduktivitas Listrik sebagai Material Unggul dalam Monitoring Kesehatan, Pengelolaan Lingkungan dan Penyedia Energi”.

Selama berabad-abad, diamond alam dikenal sebagai alat pembayaran, alat pemotong dan perhiasan. Hal ini tak lepas dari karakteristiknya sebagai material yang sangat stabil, memiliki tingkat kekerasan tinggi, dan sekaligus keindahannya. Namun, demikian, diamond diketahui tidak dapat menghantarkan listrik, sehingga tidak dapat digunakan sebagai elektroda dalam sistem elektrokimia.

Berkembangnya teknologi sintesis diamond memungkinkan modifikasi diamond dengan partikel lain agar diamond yang memiliki konduktivitas listrik dapat dibuat. Salah satu cara yang paling populer adalah memberikan doping boron.

Penggunaan diamond dengan doping boron (boron-doped diamond, BDD) sebagai elektroda menjadi populer karena sifat-sifat unggul yang dihasilkan, yaitu arus latar yang rendah, potensial kerja yang luas serta kestabilan yang tinggi. Sifat-sifat ini memungkinkan BDD untuk digunakan sebagai sensor dan detektor yang sensitif, tahan lama, dan aman bagi makhluk hidup. Selain sebagai sensor, BDD juga sesuai untuk digunakan dalam pengelolaan limbah karena elektrolis menggunakan BDD terbukti efektif mengubah senyawa-senyawa organik menjadi CO2 dan H20 dengan meminimalkan pembentukan senyawa antara yang berbahaya bagi lingkungan. Selanjutnya, potensi BDD dalam penyediaan energi juga telah dilaporkan melalui aplikasinya sebagai baterai, super kapasitor dan fuel cell.

More Photo : https://www.sci.ui.ac.id/pengukuhan-guru-besar-ilmu-kimia-fmipa-ui/