Geosains FMIPA UI Siap Tambah dan Kembangkan Alat Deteksi Dini Gempa

Laboratorium Riset Bencana Kebumian Program Studi Geosains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI siap menambah jumlah alat deteksi dini gempa bumi yang akan dipasang di daerah rawan bencana.

Alat tersebut diberi nama Earthquake Warning Alert System (EWAS). Dr. Supriyanto Ketua Program Studi Geosains FMIPA UI menuturkan, EWAS dipasang di sejumlah rumah warga dengan tujuan untuk membantu masyarakat setempat waspada jika mendengar peringatan dini pada saat terjadi gempa bumi.

Sebelumnya, lanjut Supriyanto instalasi alat EWAS dilakukan pada Sabtu dan Ahad, 13-14 Oktober 2018 di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Ia mengklaim Sistem peringatan alat tersebut terbukti efektif dan bekerja dengan baik setelah dilakukan evaluasi. Maka ia dan timnya siap memasang alat tersebut di daerah lain yang rawan bencana.

“Sistem ini efektif mendeteksi guncangan gempa dengan magnitudo kecil, yang terjadi beberapa saat sebelum gempa utama, jadi insyaAllah Kami akan pasang lagi untuk wilayah Donggala, Palu, Cimandiri Lebak Banten dan beberapa daerah di sekitarnya”. tuturnya kepada tim humas FMIPA UI.Ia berharap EWAS tersebut dapat menjadi acuan bagi warga untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan diri sedini mungkin saat bencana terjadi, sehingga dapat meminimalisir dampak negatif dan kerugian akibat gempa bumi.

Di Lombok, ia dan tim nya memasang 6 unit EWAS, secara menyebar dengan posisi antar EWAS berjarak 200 hingga 300 meter. Pusat keramaian masyarakat menjadi tempat prioritas pemasangan EWAS seperti di pertokoan, tempat ibadah dan Kantor Desa Sembalun Bumbung.

Pengembangan alat EWAS didanai oleh Hibah Pengabdian Masyarakat dari Universitas Indonesia tahun 2018 sementara biaya pemasangan EWAS disponsori oleh Gerakan UI Peduli Lombok.

Cara Kerja EWAS

EWAS memberi tanda peringatan gempa bumi berupa bunyi sirine yang keras.

Alat ini merupakan sensor getaran yang bekerja secara terpadu. Sistem terpasang dalam keadaan siaga (stand-by) selama terhubung dengan aliran listrik. Tanda peringatan berupa bunyi sirine hanya akan aktif ketika sinyal getaran permukaan bumi terdeteksi secara bersamaan di seluruh system yang tersebar di suatu wilayah. Sehingga untuk getaran yang bersifat lokal (yang disebabkan oleh kendaraan, aktivitas warga lainnya) alat ini tidak memberikan tanda.