Dosen Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) Dr. Ratna Yuniati, M.Si., menyebut tanaman tembakau dan limbah tembakau dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan dan memiliki nilai ekonomis tinggi hingga dapat dijadikan produk olahan kertas.

Hal itu beliau sampaikan saat menjadi pembicara dalam acara webinar Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS), yang diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (UPT K3L) UI, pada 6 Juni 2023 melalui aplikasi zoom meeting.

“Tembakau tidak selalu mengenai rokok, Manfaat tembakau kini lebih mengarah pada kemampuan signifikan dalam Ilmu botani dan bioteknologi, seperti bidang genetika, fitopatologi, nutrisi tumbuhan, dan pertumbuhan tanaman, ” kata Dr. Ratna.

Pakar ekofisiologi tumbuhan FMIPA UI tersebut kemudian menjelaskan, hampir semua bagian dari tanaman tembakau hingga limbah tembakau dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan memiliki nilai ekonomis tinggi.

Daun tembakau, lanjut Dr. Ratna, dapat diekstrak untuk dijadikan antiparasit terhadap nematoda dan kutu. Ekstrak kasar daun tembakau yang mengandung nikotin sama efektifnya dengan nikotin murni, Secara etnobotani, berbagai kandungan alkaloid di dalamnya membuat ekstrak daun tembakau dapat dimanfaatkan di banyak negara sebagai pengganti acarisida sintetik yang mahal.

Limbah batang tembakau juga memliki banyak manfaat yakni sebagai bahan padat alternatif briket penghasil energi panas dengan nilai kalor sebesar 3.177 kal/g. Kandungan selulosa sebesar 35-40% pada limbah batang juga potensial dikembangkan sebagai produk olahan seperti, kertas, bioetanol, dan bioplastik.

Selain itu, kandungan alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, dan nikotin pada limbah batang tembakau berpotensi dimanfaatkan sebagai larvasida nabati terhadap larva Aedes Aegypti ramah lingkungan yang mampu mematikan 31,25% larva.

Potensi lainnya dari limbah batang tembakau yakni dapat dikembangkan sebagai bahan pestisida organik yang ampuh untuk mengendalikan serangga seperti ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur.

“Keunggulan pestisida organik yang dihasilkan dari limbah ini tentunya ramah lingkungan, bahan baku mudah diperoleh, pembuatannya cukup sederhana, dan memiliki nilai yang ekonomis, sehingga penggunaan pestisida kimia dapat dikurangi,” ujar Dr. Ratna.

Batang tanaman tembakau masih mengandung berbagai hara, dapat dikembalikan ke tanah melalui pemupukan. Limbah akar dan batang tembakau yang difermentasikan menggunakan decomposer Efektive Mikroorganisme (EM4) bisa menghasilkan pupuk organik.

Pada industri tekstil, limbah batang tembakau juga dapat dikonversi menjadi pewarna alami batik. Proses ekstraksi limbah batang dapat dilakukan dengan dua metode sesuai dengan bahan baku yang tersedia yakni batang basah dan batang kering. Hasil ekstraksi zat warna dari batang tembakau kering cenderung lebih stabil yakni menghasilkan warna cokelat.

Tembakau juga diteliti di sektor lingkungan yang berfokus pada energi hijau atau energi ramah lingkungan. Biji tembakau, dapat diolah menjadi energi dan bahan bakar nabati atau biofuel. Varietas tembakau terpilih dimodifikasi secara genetik agar volume minyak dalam biji tembakau meningkat. Biofuel berbasis tembakau dapat mengurangi emisi CO2 sekitar 75% lebih besar dibandingkan bahan bakar fosil.

“Minyak yang dihasilkan biji tembakau dapat diolah menjadi biofuel. Ini cukup potensial menjadi alternatif pengganti bahan bakar fossil” kata Dr. Ratna.

UI menerapkan kawasan tanpa asap rokok yang telah berjalan selama 10 tahun, didukung dengan terus melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada warga UI akan dampak buruk asap rokok. Bahkan larangan merokok di tempat umum terlihat dengan adanya stiker di berbagai lokasi sekitar kampus UI.

“Melalui webinar ini diharapkan mampu memberikan pemahaman baru bagi para perokok untuk dapat lebih mengutamakan kesehatan serta pemanfaatan tembakau untuk kehidupan selain rokok ” ujar Kepala UPT K3L UI  Dr. Ir. Sjahrul M. Nasri, M.Sc.