Ahli Kimia FMIPA UI Jelaskan Kelebihan Bentonite dan Zeolite Sebagai Desikan Pengawet Koleksi Museum

Menurunnya jumlah pengunjung Museum Nasional Indonesia yang disebabkan karena pandemi Covid-19, ternyata berdampak pada suhu ruangan yang dapat mempengaruhi keawetan benda-benda bernilai sejarah milik Museum yang dibangun pada 22 April 1778 tersebut.

Dr. Yuni Krisyuningsih Krisnandi, M. Sc. ahli kimia FMIPA UI sekaligus narasumber dalam webinar bertajuk “Preventif Itu Baik – Strategi Pengawetan Koleksi Masa Pandemi” yang diselenggarakan oleh Museum Nasional Indonesia secara daring pada hari Selasa (25/8/2020) membahas tentang zat kimia yang tepat sebagai desikan untuk merawat dan mengawetkan koleksi di Museum Nasional Indonesia.

Zat kimia yang dimaksud adalah Bentonite dan Zeolite. Dr. Yuni mengklaim kedua zat tersebut memiliki kelebihan tahan terhadap temperatur tinggi sehingga dapat mempertahankan kondisi disekitarnya tetap kering. Selain itu kedua bahan alam tersebut juga dinilai ramah lingkungan.

Selama ini Museum Nasional Indonesia menggunakan desikan Silica Gel atau absorbent chemical untuk mengawetkan benda-benda koleksinya.

Dr. Yuni menjelaskan desikan merupakan suatu zat yang mampu menyerap uap air dari udara sehingga kelembaban udara terkontrol dengan baik.  Silica gel yang umumnya sering ditemukan dalam kemasan sepatu, barang elektronik, obat-obatan dan sebagainya ini dapat mencegah terbentuknya kelembaban yang berlebihan sebelum terjadi karena memiliki permukaan yang luas.

“Setiap kita beli sepatu atau kamera baru biasanya ada silica gel namun masih terbungkus, jika kita buka setiap butirnya bisa menyerap uap air begitu banyak karena memiliki permukaan yang luas”. ucap Dr. Yuni

Setelah menyerap air, lanjut Dr. Yuni, silica gel juga bisa berubah warna. Misalnya saja silica gel yang berwarna biru atau silical gel bening yang ditambahkan cobalt. Jika silica gel biru telah menyerap uap air dengan jumlah banyak di permukaan, maka silica gel biru tersebut akan berubah warna menjadi merah muda.

“Perubahan tersebut akibat adanya reaksi kimia dari cobalt dengan H2O atau uap air yang tertumpuk di permukaan silia gel.” tambah Dr. Yuni

Setiap benda koleksi di Museum, menurut Dr. Yuni memiliki kerentanan kelembapan yang berbeda yang berpengaruh terhadap penggunaan  jenis dan jumlah Silica Gel. Semakin tinggi kualitas daya serap nya, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan jika untuk penggunaan dalam jumlah banyak.

Silica gel yang umumnya dipakai bisa digunakan kembali (reaktivasi) dengan prosedur yang tepat, namun meski begitu akan menimbulkan efek yang kurang baik jika silica gel tersebut dibuang karena silica gel mengandung logam berat.

Hal itulah yang menjadi latar belakang Dr. Yuni menawarkan inovasi Bentonite dan Zeolite sebagai zat kimia alternatif untuk mengawetkan benda-benda koleksi milik museum.

Selain tahan terhadap temperatur tinggi, bentonite juga diklaim aman diigunakan karena mineral lempung ini merupakan bagian keluarga silikat berstruktur daun yang bertumpuk dan dapat mengikat air serta tidak beracun.

Sedangkan mineral zeolite merupakan keluarga silikat berstruktur seperti bangunan karena bentuknya tiga dimensi.

Zeolit juga sering disebut sebagai ‘molecular sieve’ / ‘molecular mesh’ karena zeolit memiliki pori-pori berukuran molekuler sehingga mampu memisahkan/menyaring molekul dengan ukuran tertentu

Bentonite dan Zeolite bisa menjadi zat alternatif yang tepat jika kedua bahan alam tersebut dimodifikasi.

Dr. Yuni menyebut ketersediaan bentonite dan zeolite di Indonesia cukup berlimpah, sehingga dapat ditemukan dengan mudah dan diproduksi dengan jumlah banyak. Namun diakuinya bahwa perlakuan pada kedua zat tersebut tidaklah mudah.

Sehingga ia menyarankan pihak museum Nasional Indonesia bisa bekerja sama dengan perusahaan tambang Bentonite dan Zeolite.

“Karena treatment sendiri agak rumit, pihak Museum Nasional bsia menggandeng Pengusaha Tambang Zeolite dan Bentonite agar bisa menyediakan bahan tersebut sesuai kebutuhan Museum”. ujar Dr. Yuni di akhir sesi pemaparannya.

Editor : Tim Humas FMIPA UI