Bukan Vietnam, Ahli Geografi Spasial FMIPA UI Sebut RI dapat Belajar dari Negara Ini dalam Tangani Virus Corona

Kamis (14/5/2020), FMIPA UI menyelenggarakan webinar series 1. Webinar ini membahas berbagai sudut pandang sains terhadap Covid – 19. Peserta webinar ini mencapai hampir 300 peserta yang terdiri dari berbagai macam kalangan, mulai dari mahasiswa hingga masyarakat umum.

Ahli geografi spasial FMIPA UI, Dr. Triarko Nurlambang membahas tentang spatial behavior atau perilaku masyarakat dalam suatu ruang untuk menyikapi pandemi Covid – 19 dalam Webinar Series 1 yang diselenggarakan FMIPA UI pada hari Kamis (14/5/2020) secara daring.

Dalam pemaparannya, ia menyampaikan bahwa perilaku seseorang dalam bermasyarakat bisa sangat berbeda di setiap wilayah, misalnya saja masyarakat yang memiliki ciri pruralisme seperti di Indonesia. Ditambah lagi dengan sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia, membuat masyarakat tidak seluruhnya memiliki satu paham yang sama dalam menyikapi suatu kebijakan pemerintah, seperti misalnya menyikapi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya memutus rantai Covid-19

Kemudian, Dr. Triarko juga menyinggung soal Beyond New Normal yang merupakan kebiasaan baru dan berbeda yang akan dilakukan banyak orang pasca pandemi Covid – 19 ini. Beyond New Normal mencakup 3 hal utama, yakni Leading and Working, Distancing Measures, dan Urban Dynamics.

Dalam sesi diskusi yang berupa tanya – jawab, salah satu peserta bertanya kepada Dr. Triarko. Pertanyaan tersebut cukup menarik, yakni mengenai Negara mana yang kebijakan nya dinilai cocok untuk diterapkan di Indonesia dalam melawan pandemi Covid – 19.

Dr. Triarko menjawab bahwa tidak ada Negara yang benar – benar memiliki kebijakan yang dapat dijadikan contoh untuk diterapkan di Indonesia atau bahkan negara lainnya, Hal ini dilatar belakangi kondisi geografi dan idealisme Negara Indonesia tidakl sama dengan Negara lain. Sehingga perlu dilakukan penyesuaian dari berbagai aspek dan kondisi Negara dalam membuat dan menerapkan kebijakan.

Namun, beliau mengungkapkan bahwa Selandia Baru dapat dijadikan acuan pembelajaran bagi Indonesia karena memiliki kondisi yang cukup ‘mendekati’ dengan Indonesia. Meskipun ia menilai bahwa masyarakat Selandia Baru lebih mampu menerima dan memahami kebijakan pemerintahnya.

“Tapi kalo kita mau mencoba belajar dari Negara lain, kalau menurut saya yang paling dekat itu adalah Selandia Baru. Bukan Cina, karena Negara kita bukan Negara yang satu partai, dan juga bukan Vietnam. Jadi, lebih dekat dengan Selandia Baru mungkin, tapi memang Selandia Baru masyarakatnya sudah tinggi dari sisi kemampuan mereka menerima dan juga memahami,” terang Dr. Triarko saat menjawab pertanyaan.

Seperti dilansir detik.com (Rabu, 29/04/2020), World Health Organization (WHO), memuji cara Selandia Baru dalam menangani penyebaran virus corona dengan memberlakukan pembatasan maksimum level 4, yakni hanya memperbolehkan layanan esensial untuk beroperasi.

 

Theo Andita Nugraha (Matematika 2017) – Kontributor Humas FMIPA UI