Cegah Terulangnya Banjir Bandang Garut: Tim Pengmas FMIPA UI Ajak Siswa SMP Dan Warga Tanam 1000 Pohon

Tim kegiatan pengabdian masyarakat FMIPA UI yang diketuai oleh Astari Dwiranti, dorong warga di Desa Sukajaya menjaga lingkungan dengan menanam 1000 pohon. Seribu pohon tersebut ditanam di area sekolah SMPN 1 Sukaresmi yang terletak di Desa Cinta Damai dan di wilayah penduduk di Desa Sukajaya, Kabupaten Garut.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tanggal 20 Juli 2019 ini bertujuan untuk mengedukasi generasi muda untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Kedua Desa tersebut dipilih karena merupakan daerah hulu sungai Cimanuk sehingga apabila lingkungan di hulu sungai tidak terjaga berpotensi untuk menyebabkan bencana di daerah lainnya.

Dalam melaksanakan program ini, Astari dan tim bekerja sama dengan Creative Institute, Star Energy, dan Holistika institute dengan dilatarbelakangi oleh adanya peristiwa banjir bandang di kota Garut karena meluapnya sungai Cimanuk pada tahun 2016 lalu. Air hujan yang mengalir secara cepat dari hulu ke hilir disebabkan karena minimnya akar-akar pohon di hulu yang berperan dalam menahan laju air hujan.

Afiatry Putrika dan Dimas Haryo Pradana, Dosen Departemen Biologi, FMIPA UI, mengedukasi para siswa SMPN 1 Sukaresmi terkait pentingnya pohon di sekitar mereka sebagai sumber makanan, sumber oksigen, dan penahan banjir.

Tak hanya diberikan edukasi, siswa-siswi SMP tersebut turut serta menanam bibit pohon di area sekolah mereka didampingi oleh mahasiswa dan mahasiswi UI. Beberapa jenis bibit yang ditanam tersebut ialah kopi, kamper, dan suren. Bibit tersebut dipilih karena tidak hanya berperan dalam penyerapan air tetapi juga bernilai ekonomi sehingga bermanfaat bagi warga sekitar.

Pada saat pelaksanaan Pengmas, kondisi Desa Cinta Damai dan Sukajaya sangat kering akibat musim kemarau selama 3 bulan ini. Kemarau diprediksikan akan terus berlangsung hingga 3 bulan ke depan. Oleh karena itu, dalam program ini siswa dan warga tidak hanya diberi bibit untuk ditanam, tetapi juga diberi edukasi penanaman dengan menggunakan bambu sebagai penampung air.

Selain menanam bibit, para siswa juga bertugas merawat bibit-bibit tersebut, mengamati pertumbuhan tanaman mereka. Setelah satu bulan penanaman, para siswa akan menceritakan kondisi bibit tersebut kepada tim Pengmas melalui surat yang dikirimkan ke Kampus UI Depok.

“Upaya ini dilakukan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada siswa yang mendapatkan bibit sekaligus melatih literasi siswa dalam menceritakan perkembangan bibit tersebut melalui tulisan kepada kami dalam beberapa bulan ke depan” ucap Astari.

Astari berharap kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kesadaran warga sekitar khususnya siswa-siswa SMP akan pentingnya menjaga lingkungan. Penanaman bibit lengkap dengan penampungan air dari buluh bambu juga merupakan salah satu upaya untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan tanaman yang ditanam.

Hal senada diungkapkan oleh Cecep Ernanto, Direktur Holistika Institute. Baginya, Reboisasi adalah bentuk ikhtiar nyata mewujudkan peribahasa Sunda ‘leuweung hejo, rahayat ngejo’ (hutan hijau, masyarakat bisa makan). Namun, ikhtiar mewujudkan ini tidak bisa berhenti tahap penanaman saja. Perlu kerja keras yang berkesinambungan dalam merawat dan memelihara tanaman agar tumbuh besar dan akhirnya bernilai ekonomi.

Sehingga, kegiatan Pengmas ini harus menjadi landasan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk membuat lingkungan menjadi hijau.

“Setelah kesadaran dan kepedulian muncul, peran aktif masyarakatlah yang dapat menjamin program reboisasi ini memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat” Ujar Cecep.

Antusiasme siswa SMPN 1 Sukaresmi sangat tinggi dalam program Pengmas ini. Salah satu guru SMPN 1 Sukaresmi menyatakan salut dengan semangat para siswanya dan kehadiran tim Pengmas UI ke sekolah diakuinya membawa motivasi dan semangat baru untuk siswa-siswi dalam menjaga lingkungannya. Direktur Creative institute Heri M. Tohari menyatakan bahwa tragedi banjir bandang di Garut tahun 2016 merupakan tragedi kemanusiaan terbesar di Garut. Pengmas UI hadir untuk memberikan sumbangsih lingkungan untuk mengadvokasi masyarakat bahwasanya alam perlu dijaga bersama.

Tidak hanya menyasar masalah lingkungan, Tim Pengmas UI dan mitra juga menyisipkan misi peningkatan literasi masyarakat Desa Sukajaya. Di Desa tersebut, sebagian masyarakat masih menderita buta huruf. Oleh karena itu, tim mengajarkan membaca dan menulis warga Desa Sukajaya setelah program penanaman selesai dilaksanakan. Bertempat di rumah salah satu warga, mahasiswa UI sangat bersemangat mengajarkan warga yang buta huruf.

Nadhifa Tazkia, salah satu mahasiswi Departemen Biologi FMIPA UI mengungkapkan kebahagiaannya dapat berbagi ilmu dengan warga Desa Sukajaya.

“Mengajar ibu-ibu buta huruf di Desa Sukajaya sama sekali tidak sulit. Mereka bersemangat dan tidak ingin berhenti saat belajar berbagai macam kata. It’s never too late to learn something, selama ada semangat pasti bisa”.