Mata Air Pembentuk Danau di Kupang, Nusa Tenggara Timur

Oleh: Mochammad Prahastomi M.S, S.T., M.Sc. (Departemen Geologi, FMIPA UI)

Kemunculan danau baru pasca diterjang badai siklon tropis merupakan fenomena alam yang cukup jarang dapat disaksikan, utamanya di Indonesia. Hal ini sangat menarik terlebih jika dilihat dalam konteks keilmuan Hidrogeologi. Hidrogeologi merupakan cabang ilmu terapan geologi dimana fokus studinya menitikberatkan pada pergerakan airtanah dan interaksi airtanah tersebut dengan batuan yang dilaluinya.

Kemunculan danau di Kupang, NTT tidak terlepas dari adanya sistem hidrogeologi yang kompleks di daerah batugamping. Daerah Kupang dan sekitarnya secara regional tersusun atas batuan-batuan berumur Plistosen dan batuan berumur Neogen. Batuan berumur Plistosen mendominasi daerah Kupang dan tersusun atas batugamping koral. Batugamping koral inilah yang biasanya membentuk bentang alam karst di daerah NTT.

Daerah karst banyak ditemukan di Indonesia, contohnya saja di Padalarang dan Sawarna, Jawa Barat. Daerah karst ini sangat unik, salah satunya ciri-cirinya adalah terbentuknya goa-goa dan juga sungai dibawah permukaan tanah. Goa-goa ini merupakan hasil pelarutan air meteorik yang masuk melalui rekahan-rekahan di batu kapur. Air meteorik ini bisa melarutkan batu kapur disebabkan rendahnya kadar saturasi kapur (CaCO3) dalam air meteorik tersebut. Rekahan pada batu kapur tersebut dapat membesar seiring dengan berjalannya waktu. Proses pelarutan yang berlangsung lama tersebutlah yang membentuk goa dan sungai-sungai bawah tanah di lingkungan karst.

Sungai bawah tanah di daerah karst Sawarna (Dokumentasi pribadi)

Sungai bawah tanah di daerah karst Sawarna (Dokumentasi pribadi)

Bagaimana kaitan daerah karst dengan pembentukan danau?

Badai siklon seroja nampaknya memiliki peranan penting dalam membentuk danau tersebut. Dalam ilmu geologi, danau ini sering disebut dengan danau karst. Badai siklon yang terjadi belakangan disertai dengan meningkatnya intensitas air hujan yang akan meresap kedalam tanah. Volume air hujan yang tinggi ini meningkatkan proses erosi dan pelarutan batuan kapur. Airtanah ini dapat muncul ke permukaan sebagai mata air.

Salah satu alasan mengapa mata air ini baru muncul sekarang kemungkinan besar berkaitan dengan adanya pembentukan jalur-jalur baru sungai bawah tanah yang akhirnya terhubung ke permukaan tanah, dipicu oleh badai besar dan curah hujan tinggi di daerah tersebut. Hal ini diperkuat dengan pengamatan debit air yang cukup tinggi dimana dapat mengindikasikan adanya aliran sungai bawah permukaan yang muncul ke permukaan tersebut sebagai mata air.

Danau yang terbentuk biasanya bersifat sementara. Hal ini dikontrol oleh aliran airtanah yang muncul ke permukaan tersebut, sehingga jika suplai air bawah permukaan tersebut surut, maka air di danau tersebut juga surut. Tentu hal ini memerlukan kajian lebih dalam terkait manajemen dan evaluasi potensi airtanah di daerah karst yang sangat kompleks. Momentum ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk dilakukan penelitian komprehensif terkait kemunculan mata air-mata air tersebut sehingga dapat dipetakan secara baik potensi airtanah di daerah ini.

Kerjasama antara universitas, kementrian dan pemda merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan airtanah di daerah yang sangat sulit air. Tidak menutup kemungkinan jika dikelola dan dikembangkan dengan baik, potensi danau karst ini dapat dikembangkan menjadi suatu objek wisata yang menyajikan pesona keindahan alam yang eksotis.

Proses pelarutan batu kapur di daerah karst. Sumber air danau karst diindikasikan berasal dari jalur baru penghubung antara sungai bawah tanah dan topografi (kotak warna orange).

 

Potensi wisata danau karst, Oman (Dokumentasi pribadi)