Mengenal Nuklir dan Manfaatnya Lebih Dekat, ILUNI dan Mahasiswa FMIPA UI Berwisata Edukasi Ke BATAN

Selasa, 19 November 2019 dalam rangka meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu kunci bagi keberhasilan proses pembangunan nasional yang berkelanjutan, sejumlah Mahasiswa dan ILUNI FMIPA UI melakukan kunjungan industri ke Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN), Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan.

“Dengan melakukan kunjungan ini kami ingin membuka, memperluas wawasan terutama kepada adik-adik mahasiswa tentang nuklir dan perkembangannya di Indonesia”.

ujar Pamela C. ketua Ikatan Alumni (ILUNI) kepada pihak BATAN yang menyambut rombongannya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kunjungan ini sekaligus menjadi rangkaian kegiatan seminar sehari berjudul “Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Sebuah Keniscayaan” yang sebelunya telah digelar di FMIPA UI pada tanggal 13 November 2019.

Para peserta kunjungan berkesempatan untuk memasuki gedung utama reaktor nuklir, mereka terlebih dahulu diberi pengarahan terkait tata tertib, evakuasi dalam kondisi darurat, serta pengenalan secara umum tentang kawasan reaktor nuklir terbesar di Indonesia itu.

Usai pengarahan, para peserta diajak mengunjungi gedung utama penelitian dan produksi isotop atau biasa dikenal dengan nuklir cair. Mereka masuk ke ruangan reaktor nuklir, dimana neutron dihasilkan sebagai isotop untuk pemanfaatan bidang kesehatan, pertanian, dan obat-obatan.

Namun, sebelum memasuki ruang terisolir itu rombongan FMIPA UI diharuskan menggunakan pakaian khusus yang telah disediakan sebagai standar keselamatan untuk menghindari paparan radiasi nuklir.

Di dalam ruangan itu seluas sekitar 50 meter persegi itu, terdapat beberapa bagian mesin pengendali, sedangkan pada bagian tengahnya, terdapat lubang menyerupai sumur berdiameter kurang lebih 6 meter.

Pada sumur itulah reaktor nuklir bekerja. Tepat di tengah-tengah lubang itu terdapat batang aluminium pengendali reaktor nuklir yang terhubung ke dasar sumur sedalam 13 meter. Di dasar sumur itulah neutron ditembakkan ke uranium untuk menghasilkan neutron baru.

Menurut penjelasan petugas layanan informasi Puspitek, panas yang dihasilkan saat neutron ditembakkan ke uranium bisa mencapai 30 Megawatt Termal (MW), dan itulah alasannya mengapa reaktor tersebut dikelilingi air murni (H2O) dan tekanan udara yang kecil di ruang tersebut.

“Ketika melihat ke dalam lubang sumur itu, airnya terlihat sangat jernih kebiruan dengan pantulan cahaya di bawahnya”. ujar Yogie, salah satu peserta mahasiswa dari program studi S1 Geologi

Warna air itu juga dapat menandakan tingkat panas dari energi yang dihasilkan saat neutron ditembakkan ke uranium, dan air panas itu secara otomatis akan dibuang ke limbah.

Petugas Layanan Informasi Puspitek juga menyebut bahwa uranium sebagai bahan bakar reaktor nuklir akan diganti secara berkala sesuai penggunannya.

Sebelum meninggalkan ruang reaktor nuklir, para mahasiswa FMIPA UI harus melalui mesin detektor terlebih dahulu untuk memastikan bahwa tidak ada paparan radiasi nuklir.

Beberapa peserta terdeteksi terpapar radiasai. Tetapi, semuanya dapat ditangani dengan baik karena hanya pakaian khusus mereka yang terpapar.

Setelah keluar dari ruangan tersebut, mahasiswa FMIPA UI berkesempatan untuk mengunjungi gedung lainnya yang ada di BATAN yaitu Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PLTR).

Saat memasuki gedung itu, mereka langsung diberikan penjelasan oleh pemandu mengenai layanan pengelolaan limbah radioaktif untuk mencegah timbulnya bahaya radiasi terhadap manusia dan lingkungan, serta melaksanakan pemantauan lingkungan untuk mendukung pemanfaatan iptek nuklir.

Pemandu juga menjelaskan tentang pengertian limbah radioaktif, jenis-jenis radioaktif, asal-usul limbah radioaktif, dan proses pengelolaannya. Selain itu, pemandu menjelaskan mengenai fasilitas-fasilitas yang ada di PLTR, diantaranya evaporator, kompaktor, insenerator, sementasi, penyimpanan sementara, dan lainnya.

Pemrosesan pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan evaporator, cara pencucian, dan cara pengolahan limbah padat secara kompaksi maupun insenerator yaitu membakar sempurna limbah organik cair dan limbah padat terbakar dengan temperatur sampai dengan 1100 derajat celcius.

Kapasitas terbakar adalah 50 kg/jam dan abu pembakaran tersebut diimmobilisasi dengan matriks semen di dalam wadah drum 11 liter serta penyimpanan limbah dan keselamatan lingkungannya.

Para mahasiswa tampak antusias dalam kunjungan ini, selain menambah wawasan mengenai iptek nuklir, teknologi canggih untuk mengolah limbah radioaktif.

“Nuklir tidak berbahaya jika kita memahami dengan baik aturan-aturan saat menggunakannya, dan tepat memanfaatkannya.”ujar salah satu pemandu di BATAN.