Pemetaan Pascabencana, FMIPA UI Kirim Tim ke Palu dan Donggala

Gempa berkekuatan 7,4 skala richter, dan berhujung tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala Sulawesi Tengah pada 28 September 2018, Meluluhlantahkan kota Palu dan sekitarnya.

Dalam rangka mendukung penanggulangan bencana tersebut, Departemen Geografi FMIPA UI mengirimkan mahasiswanya yang tergabung dalam tim Aksi UI Peduli Palu untuk melakukan pemetaan wilayah terdampak bencana dahsyat itu.

Mereka terbagi dalam tiga tim, tim pertama yakni Anggoro Tri Muldiguno, M. Naufal Fahrisa, Ahmad Fakhruddin, Abdurrahman Aslam berangkat ke Palu pada tanggal 3-10 Oktober 2018, yang kemudian disusul pemberangkatan tim kedua yakni Muhammad Faris, Dymas Trisna, Faatur Rahman Aditya Pratama, dan Tomi Enjeri Siburian  pada tanggal 10-17 Oktober 2018, dan pemberangkatan tim ke tiga yakni Fuad Ramdhoni, Fernandos, Vita Khairunnisa, Rijali Isnaini Haripa pada tanggal 22-26 Oktober 2018.

Mereka berupaya maksimal dalam menghasilkan data terbaru dari rekaman kejadian fenomena alam tersebut dalam bentuk peta.

Taqyuddin, S.Si., M.Hum. selaku staf pengajar departemen geografi FMIPA UI menjelaskan pentingnya dilakukan pemetaan terhadap wilayah terdampak bencana adalah untuk mendeteksi dan mendapatkan data-data wilayah yang paling parah sampai wilayah yang dianggap paling aman.

Selain itu pemetaan ini juga dapat membantu kepentingan operasional dilapangan, seperti pengiriman bantuan logistik untuk para korban yang terisolir untuk dipindahkan ke tempat aman sementara (pengungsian), aksesbilitas para petugas maupun relawan dalam melakukan evakuasi korban.

“Sehingga evakuasi korban dapat dilakukan dengan cepat, jumlah korban berjatuhan juga bisa diminimalisir, (pengiriman) logistik juga cepat sampai”. Jelasnya.

Terkait metode, Taqyuddin memaparkan para mahasiswa geografi tersebut melakukan survey lapangan secara langsung dengan teknologi GPS untuk pengambilan data spatial, mendeteksi dan mendokumentasi wilayah yang dilintasi hingga mendapatkan gambaran mana wilayah yang terparah dan yang dianggap aman. Dan hasilnya, sudah bisa diketahui secara langsung karena data ditracking secara online.

Hasil pemetaan ini menurutnya juga sangat diperlukan sebagai upaya untuk meminimalisir kerusakan-kerusakan dikemudian hari akibat bencana yang akan terjadi secara berulang.

“Sekali waktu akan berulang. Sehingga jangan sampai pembangunan infrastruktur dengan biaya yang menjadi sia-sia”. tandasnya.

Lebih lanjut Ia menjelaskan Pekerjaan ini akan menjadi tuntas jika dapat mendiiliniasi tempat-tempat aman untuk melangsungkan kehidupan masyarakat terdampak secara berkelanjutan.

Namun diakuinya melakukan pemetaan seperti ini bukanlah hal yang mudah, ada saja kendala yang harus dihadapi oleh para mahasiswanya saat melakukan pemetaan, diantaranya

tidak adanya listrik, sehingga harus membawa batre cadangan untuk peralatan, medan jalan yang sulit ditempuh dengan berjalan kaki, bau busuk kerap kali tercium.

“Sehingga dibutuhkan keberanian, fisik dan mental yang kuat dan terlatih”. imbuhnya.