Pupuk Organik Sarat Kearifan Lokal, Harapan Baru Pertanian Sembalun

Melalui Program Kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas), Dosen dan Mahasiswa FMIPA UI bekerjasama dengan Yayasan Pandu Cendikia menggelar pelatihan pembuatan pupuk organik cair berbasis kearifan lokal dengan memanfaatkan potensi daerah (bahan-bahan alam) dan hasil limbah bagi masyarakat Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Bahan-bahan alam yang diimanfaatkan untuk memproduksi pupuk hasil inovasi tim pengmas FMIPA UI ini adalah air kelapa, gula merah, air jahe dan putih telur. Sedangkan limbah yang digunakan adalah limbah peternakan seperti kotoran hewan, hingga limbah domestik seperti air cucian beras.

Program yang diketuai oleh Dosen Biologi FMIPA UI Dr. Retno Lestari tersebut dilaksanakan pada tanggal tanggal 28-30 Agustus 2019 di Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, dengan dukungan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (DRPM UI).

Retno menjelaskan latar belakang munculnya gagasan untuk menggelar pelatihan produksi pupuk organik berbasis kearifan lokal ini adalah karena kecamatan di kabupaten Lombok Timur itu merupakan wilayah yang dikenal akan hasil pertanian hortikulturnya, seperti bawang, kentang, dan cabai.

Intensifikasi banyak dilakukan pada komoditas tersebut guna meningkatkan hasil produksi. Namun menurutnya, intensifikasi yang lebih banyak dilakukan adalah perluasan lahan dan penggunaan input pertanian luar seperti pupuk anorganik, obat-obatan, dan pestisida sehingga menimbulkan beberapa masalah di antaranya meningkatnya biaya produksi, memicu pencemaran lingkungan, dan rusaknya lahan.

Belum lagi, lanjut Retno, peristiwa gempa bumi yang terjadi di Lombok dan sekitarnya mengakibatkan kerugian ekonomi khususnya di wilayah Sembalun. Oleh sebab itu, berbagai upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi masyarakat salah satunya dengan mendorong hasil pertanian hortikultur.

Tim memulai kegiatan dengan melakukan riset terkait bahan-bahan yang digunakan. Riset dilakukan dilaboratorium dan di lapangan. Kemudian dilanjutkan dengan tahap uji coba, hingga tahap implementasi kepada warga Sembalun dengan melibatkan kelompok Tani Loang dengan anggota berjumlah 163 orang.

Keunggulan pupuk organik cair inovasi Retno dan 5 orang mahasiswanya ini adalah berbeda dengan pupuk organik lain yang pembuatannya melalui proses fermentasi, pada pembuatan pupuk organik cair tersebut, masyarakat hanya perlu mencampur bahan-bahan alam dan limbah peternakan atapun limbah domestik. Pupuk pun siap digunakan tanpa proses fermentasi.

Proses pembuatan dengan mencampur bahan-bahan alam tersebut diklaim Retno dapat meminimalisir resiko kegagalan yang mungkin terjadi dalam pembuatan pupuk organik dengan cara fermentasi, selain itu dapat mengurangi limbah yang dihasilkan pupuk, serta mengkonversi ke dalam bentuk pupuk yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Sembalun yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.

Kelebihan lainnya dari pupuk organik cair ini adalah biaya produksi yang relatif lebih murah dan ramah lingkungan. Sehingga diharapkan dapat mengefesiensi usaha pertanian yang hingga saat ini menjadi usaha andalan bagi warga Sembalun.

Pupuk organik cair berbasis kearifan lokal hasil inovasi Retno beserta timnya yang terdiri dari 5 orang mahasiswa Biologi FMIPA UI ini, hingga saat ini masih digunakan oleh warga Sembalun khususnya yang berprofesi sebagai petani untuk memperbaiki kualitas tumbuhan sehingga mampu meningkatkan hasil panen.

“Penggunaan pupuk organik cair tersebut masih secara intensif digunakan sampai saat ini pada beberapa jenis tanaman guna memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan hasil panen”. ujar Retno kepada tim Humas FMIPA UI di Kampus UI, Depok.

Leo salah satunya. Penduduk lokal yang juga berprofesi sebagai petani cabai merah besar mengungkapkan bahwa ia telah mencoba penggunaan pupuk inovasi tim pengmas FMIPA UI ini terhadap tanaman cabainya yang ia tanam pada bulan Agustus.

Hingga akhir november, menurut pengamatan Leo, pupuk tersebut memiliki pengaruh cukup besar terhadap tanaman cabai yang ditanamnya. Perbedaan tanaman cabai yang diberikan pupuk organik cair ini jelas terlihat, diantaranya kondisi batang lebih kuat dan tinggi, daun lebih hijau dan segar, buah cabai matang lebih besar berwarna merah cerah, serta memiliki daya tahan hidup yang lebih kuat dibandingkan dengan tanaman lain yang tidak diberikan pupuk organik cair tersebut.

“saya sudah coba ya. ternyata pengaruhnya besar juga pada tanaman cabai saya, batangnya lebih kuat, tinggi, daun lebih hijau dan segar. Daya tahan hidup juga lebih baik kalau dibandingkan dengan yang tidak diberikan pupuk organik ini.” ungkap Leo.