Alfi Sophian dari program studi S3 Biologi raih gelar doktor dengan predikat cumlaude setelah berhasil mengidentifikasi sumber daya genetik baru pada ayam nisi (Gallus gallus Domesticus). Dalam sidang terbuka terbuka promosi doktor Universitas Indonesia yang digelar pada 27 Desember 2022, Alfi menyampaikan desertasinya berjudul “Studi Ayam Nisi (Gallus gallus Domesticus) Berdasarkan Analisis Morfometrik, Bioakustik, dan Genetik”.

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Gorontalo, bertempat di Kabupaten Bone Bolango, Desa Pinogu. Dipilihnya desa Pinogu sebagai lokasi penelitian karena pada uji pendahuluan yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa ayam nisi tidak ditemukan di daerah lain selain desa tersebut.

“Penelitian ini bertujuan untuk menjadi sumber informasi tentang studi ayam nisi sehingga potensi ayam nisi sebagai ayam lokal khas Gorontalo dapat diangkat ke publik dan dikenali oleh masyarakat,” tutur Alfi dihadapan para penguji.

Menurut Alfi, studi tentang ayam lokal asli Indonesia sangat perlu dilakukan mengingat ayam nisi merupakan sumberdaya genetik yang belum dieksplorasi. Dalam melakukan penelitian ini, Alfi mengaku menghadapi tantangan seperti informasi tentang spesies yang cukup terbatas, belum lagi literatur ilmiah mengenai spesies ini juga belum pernah ditulis untuk dipublikasikan. Meski begitu pria kelahiran BauBau tersebut mengatakan bahwa penelitiannya mampu menghasilkan potensi nilai kebaruan yang sangat baik.

“Keterbatasan informasi mengenai ayam ini membuat penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan sehingga dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam mendukung penelitian mengenai keanekaragaman ayam lokal di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, nilai kebaruan yang dimaksud adalah informasi dalam bentuk dokumentasi dan analisis hasil studi sebagai gambaran karakter morfometrik spesies ayam jenis ini agar lebih dikenal oleh masyarakat, Informasi baru dalam bentuk data bioakustik yang dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk mengenal ayam nisi berdasarkan karakter pola kokok suara yang khas, dan Informasi baru tentang keanekaragaman gen IGF-1 yang dimiliki oleh ayam nisi, sehingga dapat menjadi acuan dan rujukan pada penelitian selanjutnya tentang spesies ayam nisi.

“Informasi mengenai ayam nisi yang sangat terbatas memberikan tantangan tersendiri dalam melakukan sampling penelitian, sehingga untuk menjaga bias dari varfiable penelitian maka ayam nisi yang dijadikan objek penelitian kemudian diternak secara mandiri selama 12-24 bulan. Ayam nisi yang digunakan sebagai sampel adalah ayam nisi jantan berusia 10-12 bulan.

Alfi mengatakan penelitiannya ini memiliki manfaat teoritis dalam bidang biodiversitas yakni sebagai sumbangan informasi pada salah satu sumber daya genetik baru yang berhasil dieksplorasi.

“Dengan diperolehnya informasi mengenai ayam nisi ini, maka bertambah pula keanekaragaman galur ayam lokal di Indonesia,” imbuhnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, penelitiannya ini mengangkat tiga jenis pendekatan yaitu analisis morfometrik, bioakustik, dan genetik. Berdasarkan tiga analisis tersebut, secara operasional memiliki tujuan untuk mengetahui keanekaragaman morfometrik, serta parameter morfometrik yang paling berpengaruh, mengetahui pola analisis bioakustik suara kokok ayam nisi untuk mengenali dan membedakan ayam nisi dengan ayam lokal lainnya. Selain itu, keanekaragaman gen IGF-1 yang dimiliki oleh ayam nisi juga bisa diketahui sebagai informasi yang dapat digunakan untuk studi ayam nisi di tahun-tahun mendatang.

Sebelumnya, pria berusia 36 tahun tersebut telah melalui tahap ujian pra-promosi pada tanggal 21 Oktober 2022. Keberhasilannya dalam menempuh pendidikan dan penelitian pada program studi doktor ini, tak lepas dari bimbingan Prof. Dr. Drs. Abinawanto, M.Si. (Guru Besar Bidang Ilmu Biologi FMIPA UI)  selaku promotor serta Dr. Mariah Ulfah, Spt., M.Sc.Agr. (Fakultas Peternakan IPB), dan Astari Dwiranti, M.Eng., Ph.D. (Biologi FMIPA UI) sebagai Ko-Promotor.