Pusat Studi Kelautan FMIPA UI Berikan Wawasan Tentang Metode Valuasi Ekosistem Laut dan Pesisir

Fungsi utama ekosistem pesisir termasuk di antaranya adalah sebagai sumber mata pencaharian masyarakat melalui sektor perikanan dan pariwisata serta sebagai penyerap karbon. Konsep jasa ekosistem bukanlah konsep yang baru dalam pengelolaan lingkungan dan digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan berbasis ekosistem dan menjadi komponen penting dalam pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. Sehingga pengetahuan terkait valuasi jasa ekosistem pesisir sangat penting bagi para pengambil keputusan.

Untuk mendukung para akademisi, praktisi, maupun para pengambil keputusan di sektor laut dan pesisir dalam mengembangkan wawasan dan kompetensi tentang pentingnya nilai jasa ekosistem laut dan pesisir, Pusat Studi Kelautan FMIPA UI menggelar kegiatan Pelatihan Metode Valuasi Ekonomi Ekosistem Pesisir secara daring pada tanggal 9 Maret 2022.

Ketua Pusat Studi Kelautan Dr. Riani Widiarti, M.Si. mengatakan “Maksud pelaksanaan kegiatan tersebut untuk memberikan pengetahuan umum terkait metode-metode valuasi yang umumnya digunakan untuk menilai jasa ekosistem pesisir beserta alat-alat yang digunakan khususnya perangkat lunak penilai jasa ekosistem laut dan pesisir dan perangkat lunak penilai kondisi habitat ekosistem pesisir”.

Pelatihan dihadiri oleh 80 peserta pelatihan yang berasal dari kalangan akademisi baik dosen maupun mahasiswa, instansi pemerintah, praktisi lingkungan laut dan pesisir, dan masyarakat umum. Sebelum mengikuti pelatihan para peserta terlebih dahulu mengikuti pretest yang telah disiapkan oleh penyelenggara.

Narasumber yang dihadirkan dalam pelatihan ini adalah pakar di bidang valuasi ekonomi laut dan pesisir, dan telah memiliki pengalaman dalam menggunakan perangkat lunak penilai jasa ekosistem laut dan pesisir, dan penilai kondisi habitat ekosistem laut dan pesisir.

“Adapun perangkat lunak penilai jasa ekosistem laut dan pesisir yang digunakan dalam pelatihan ini adalah Integrated Valuation of Ecosystem Services and Tradeoffs (InVEST), sementara perangkat lunak yang digunakan untuk menilai kondisi habitat ekosistem laut dan pesisir adalah Coral Point Cout with excel extension (CPCe) 4.1,” ujar Dr. Riani.

Materi pertama adalah Pengantar Valuasi Ekonomi dari Ekosistem Pesisir yang disusun oleh Dr.rer.nat. Mufti Petala Patria, M.Sc. dan dipresentasikan oleh Eko Burhannuddin, M.Si., dilanjutkan dengan materi Valuasi Jasa Lingkungan menggunakan perangkat lunak InVEST oleh Anindita Diah Kusumawardhani, M.Si.

Dalam materinya, Dr.rer.nat Mufti P. Patria menjelaskan valuasi ekonomi didefinisikan sebagai upaya memoneteri nilai dari suatu benda yang ada di lingkungan, jasa yang ada di lingkungan, serta sumber daya alamnya. Dari kacamata pertambangan, bisa dilihat melalui potensi hasil tambang. Kemudian dari kacamata yang suka berlibur, bisa dilihat melalui potensi wisata. Sedangkan dari kacamata perikanan, berupa potensi ikan yang didapatkan. Akan tetapi, secara ekosistem, kesemuanya itu punya nilai yang bisa digabungkan sehingga per meter memiliki nilai wisata dan nilai sumber daya lainnya.

“Materi ini telah digunakan pada beberapa kondisi untuk penilaian ekosistem yang riil terkait kejadian atau kasus yang ada di sekitaran Indonesia. Mengaca pada beberapa negara yang sudah punya nilai ekosistemnya yang dijadikan peraturan dan kebijakan, hal ini agak berbeda dengan Indonesia yang punya variasi yang tinggi antara satu wilayah dan wilayah lainnya,” kata Eko saat presentasi di hadapan 80 peserta.

Melalui basis valuasi ekonomi tersebut diharapkan dapat mendorong pemerataan nilai valuasi ekonomi di Indonesia atau setidaknya menciptakan standar nilai valuasi ekonomi berdasarkan wilayah.

Sementara itu Anindita menjelaskan dalam materi presentasinya memaparkan perangkat lunak InVEST menggunakan model open-source dengan empat kategori yaitu Supporting Ecosystem Service, Final Ecosystem Service, Ecosystem Service Analysis, dan Supporting Tools, sehingga aplikasi ini memiliki perkembangan yang sangat pesat. InVEST memungkinkan para pembuat keputusan mendapatkan informasi terkini terkait jasa lingkungan dan perubahannya (jika ada perubahan dalam ekosistem). InVEST ini, lanjut Anindita, juga merupakan spatially-explicit model, data masukkannya kebanyakan berupa data spasial atau data tabular yang dispasialkan.

“InVEST ini merupakan Python base programming. Namun, pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjalankan InVEST ini adalah pengetahuan GIS,” ujar Anindita.

Lebih jauh, ia mengungkapkan bahwa setidaknya telah ada lebih dari 495 publikasi yang menggunakan InVEST sebagai basenya. Asia mendominasi distribusi penggunaan InVEST. Namun ia menyayangkan, di Indonesia sendiri baru menghasilkan enam publikasi yang menggunakan InVEST.

“InVEST memberikan masukan kepada pengambil keputusan terkait jasa ekosistem dan saat ada perubahannya. Perangkat lunak ini bisa digunakan untuk melihat ekosistem masa kini dan skenario kedepannya seperti apa,” katanya menegaskan.

Sesi presentasi berlanjut, pada sesi ketiga ini bertajuk Analisis Tutupan Terumbu Karang menggunakan perangkat lunak CpcE 4.1 sebagai Basis Valuasi Ekosistem Terumbu Karang yang dibawakan oleh pembicara pertama, Eko Burhanudin, M.Si.

“CPCe 4.1 merupakan windows based program untuk menentukan coral cover dari Underwater Photo Transecti. CPCe menggunakan titik acak spasial pada foto transek untuk identifikasi. CPCe dikalkulasi secara statistik dan hasilnya dikonversi ke dalam Microsoft Excel. Fungsi lainnya dari CPCe bisa untuk kalibrasi gambar dan analisis bentik. Software ini merupakan alternatif dari Image J dan Sigma Scan Pro yang merupakan software berbayar,” Eko memaparkan tentang manfaat aplikasi CpcE 4.1.

“Kelebihan dari CPCe diantaranya memiliki durasi panjang, mudah dikonfirmasi ulang atau dapat dikerjakan bersama, validasi tinggi, perhitungan statistic terprogram, serta hasil sajian data sudah dalam bentuk excel,” katanya melanjutkan.

Usai paparan, para peserta yang sebelumnya telah mendownload aplikasi CPCe 4.1 sesuai arahan narasumber kemudian dipandu untuk mengoperasikan langsung aplikasi tersebut. Melalui aplikasi itu para peserta dilatih untuk mengidentifikasi kondisi ekosistem terumbu karang menggunakan perangkat lunak CPCe 4.1.