Raih IPK 4, Lulusan FMIPA UI Asal Bali Ini Beri Kontribusi Melalui Riset

I Wayan Gede Krisna Arimjaya merupakan lulusan dari Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) yang menjadi salah satu lulusan peraih Indeks Prestasi Kumulatif  (IPK) sempurna, yaitu 4 dengan predikat Cumlaude.

Hal itu diumumkan pada upacara Wisuda Universitas Indonesia (UI) Tahun Akademik 2021/2022 yang dilaksanakan pada 10 Agustus 2022, di Kampus UI Depok.

Sebagai putra daerah asal Bali, I Wayan telah membuktikan bahwa kesempatan belajar dan meraih prestasi dapat diperoleh siapa saja, tanpa memandang asal, suku, ras, dan agama.

I Wayan diterima sebagai mahasiswa program magister di FMIPA UI pada tahun 2020 melalui jalur SIMAK UI. Menempuh masa perkuliahan di tengah situasi pandemi Covid-19, ia berujar bahwa kuliah daring yang dijalaninya memudahkannya dalam menyelesaikan pendidikan di FMIPA UI.

“Sejauh ini saya melihat kuliah online justru memudahkan, karena resource seluruhnya online, tugas lapangan pun dilakukan sendiri di daerah masing-masing sehingga seluruh proses lebih sederhana. Ada waktu mobilisasi yang dipangkas sehingga dapat dimanfaatkan untuk melalukan kegiatan yang lebih produktif,” ujarnya.

Melalui tesisnya yang berjudul “Pemodelan Spasial Berbasis Skenario Interval Kalibrasi, Studi Kasus: Perubahan Tutupan Lahan di Provinsi Kalimantan Timur 2016-2036”, I Wayan meneliti permasalahan deforestasi di Kalimantan Timur yang perlu dikendalikan melalui pemodelan perubahan tutupan lahan. Ia menganalisis klasifikasi dan validasi peta penutup lahan multi temporal, menganalisis investigasi model optimal, dan menyintesis prediksi tutupan lahan tahun 2036 serta analisis pola spasial perubahan tutupan lahan 2016–2036.

Dari penelitian itu, I Wayan menemukan adanya penurunan luas tutupan hutan dari tahun 2016 hingga 2021 dengan laju deforestasi 651 km2/tahun. Diprediksi luas tutupan hutan tahun 2036 tersisa 69.203 km2. Topografi merupakan variabel yang paling berpengaruh mendorong perubahan tutupan lahan di Kalimantan Timur.

Laju deforestasi tidak bersifat linear sepanjang waktu prediksi. Diduga faktor topografi menjadi variabel pendorong utama perubahan tutupan lahan sekaligus sebagai variabel penghambat. Oleh karena itu, I Wayan berharap penelitiannya dapat dilanjutkan untuk melihat hubungan perubahan tutupan lahan dengan faktor topografi, dikaitkan dengan penggunaan variabel yang bersifat statis dan dinamis.

“Saya berharap penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi pemerintah, terutama pada proses pembangunan ibu kota baru Indonesia di Kalimantan. Selama proses studi dan riset ini, pada prinsipnya, ada satu nilai yang selalu saya pegang, yaitu upayakan untuk selalu memberi nilai tambah pada pihak terkait,” imbuh pria yang lahir di Gianyar 36 tahun lalu tersebut.

I Wayan mengatakan, ketika seseorang dikasih tugas apa pun, berikanlah lebih dari yang mampu dilakukan. Jika diminta satu, kita beri dua. “Jika ada tugas yang dikumpulkan esok hari, upayakan hari ini sudah selesai. Itu akan memberi nilai lebih pada setiap proses dan usaha yang kita lakukan,” kata I Wayan.