Teliti Madu Sebagai Agen Antioksidan Spermatozoa pada Ikan Dewa yang Terancam Punah, Suci Lestari Raih Gelar Doktor

Ikan Dewa yang merupakan ikan air tawar pribumi dengan nama latin Tor soro, merupakan salah satu ikan air tawar dari famili Cyprinidae yang terdapat di Indonesia. Spesies T. soro dikenal sebagai ikan kancra di daerah Sumedang dan Kuningan (Jawa Barat), sedangkan di Sumatera Utara disebut sebagai ikan batak. Ikan batak digunakan sebagai syarat pada upacara adat seperti pernikahan dan kelahiran anak. Di Kuningan Jawa Barat, ikan kancra lebih dikenal sebagai ikan keramat karena dianggap sebagai ikan pembawa petaka bila masyarakat umum menangkap atau memakannya.

Sayangnya, keberadaan T. soro di alam sudah mulai menurun akibat adanya degradasi habitat, dan waktu kematangan gonad yang berbeda antara jantan dan betina. Selain itu, adanya penangkapan ikan berlebihan serta faktor lain seperti pencemaran air telah mengancam populasi T. soro. Upaya budidaya T. soro memang sudah dilakukan, namun ketersediaan benih masih menjadi kendala.

Fakta-fakta ini mendasari Suci Lestari, dosen tetap Program Studi (Prodi) Pendidikan Biologi di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) melakukan penelitian untuk meraih gelar doktor dalam Prodi Pascasarjana Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UI).

Dalam studi doktornya tersebut, Suci melakukan penelitian terhadap madu yang dinilai memiliki kemampuan antioksidatif yang kuat sebagai protektan dalam proses preservasi materi genetik berupa sperma. Kegiatan penelitian dilakukan di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Jawa Barat, tempat pengambilan sampel sperma ikan Tor soro dan proses fertilisasi.

Melalui disertasinya berjudul MADU SEBAGAI AGEN ANTIOKSIDAN PADA SPERMATOZOA IKAN DEWA (Tor soro) PASCAPRESERVASI 48 JAM, Suci menjelaskan bahwa penelitian ini dilakukan sebagai pengembangan studi genetik untuk diterapkan dalam upaya melestarikan ikan dewa yang hampir punah.

“Tujuan utama penelitian ini secara umum adalah untuk mengevaluasi madu sebagai agen antioksidan dalam hal potensinya sebagai protektor dalam proses preservasi materi genetik berupa sperma,” kata Suci pada presentasinya dalam Sidang Promosi Doktor Program Studi Pascasarjana Biologi FMIPA UI, Kamis, 29 Desember 2022, di Kampus UI, Depok.

Perkembangan teknik penyimpanan dingin (cold storage) dan kriopreservasi telah membawa perubahan penting dalam bioteknologi reproduksi hewan. Teknik preservasi yang digunakan dalam akuakultur adalah penyimpanan jangka pendek (cold-storage) dan kriopreservasi spermatozoa. Namun, teknik kriopreservasi sulit dilakukan pada beberapa spesies karena kualitas dan sifat instrinsik semen yang buruk, sehingga penyimpanan dingin (cold-storage) merupakan prosedur yang layak, murah, dan sederhana untuk dilakukan.

Pengembangan protokol penyimpanan dingin spermatozoa ikan memungkinkan untuk memecahkan masalah ketidaksinkronan antara jantan dan betina yang matang secara seksual, selain itu dapat menekan biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan induk, dan fertilisasi buatan.

“Secara umum, spermatozoa mengandung mikotondria yang tinggi namun memiliki sitoplasma dan konsentrasi antioksidan yang rendah. Hal tersebut menyebabkan spermatozoa sangat rentan terhadap kerusakan dari radikal bebas pasca penyimpanan,” kata Suci di hdapan tim penguji.

“Oleh karena itu, antioksidan menjadi faktor penting dalam melawan stres oksidatif yang diinduksi oleh radikal bebas karena adanya peningkatan Reactive Oxygen Species. Stres oksidatif merupakan salah satu efek yang ditimbulkan dari proses preservasi,” ujarnya.

Sementara pemilihan madu sebagai bahan antioksidan didasari pada kandungan senyawa fenolik yang berpotensi sebagai agen anti-oksidatif yang kuat. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam rangka mencari protektan atau pelindung dalam proses penyimpanan spermatozoa berupa kombinasi larutan madu 0,1% dan metanol 10% menunjukkan persentase motilitas tertinggi (89,4 ± 5,45%), viabilitas (85,75 ± 4,79%), dan persentase pembuahan (98,55 ± 1,69%).

Lebih jauh, Suci yang memiliki fokus penelitian di bidang biopreservasi pada hewan ini berharap bahwa hasil penelitiannya tersebut dapat menjadi kontribusi dalam hal pengembangan ilmu biologi, meliputi bidang teknologi reproduksi, cryobanking, dan genetika. Selain itu, hasil penelitian dapat digunakan untuk pengayaan konten pengajaran dan pembelajaran dalam pendidikan biologi pada mata kuliah biologi sel dan molekuler, bioteknologi konservasi; dan genetika.

Keberhasilan Suci dalam menempuh pendidikan dan penelitian pada program studi doktor di FMIPA UI, tak lepas dari bimbingan Prof. Dr. Drs. Abinawanto, M.Si. (Guru Besar Bidang Ilmu Biologi FMIPA UI)  selaku promotor serta Anom Bowolaksono, Ph.D. (Dosen & Peneliti Biologi FMIPA UI), dan Prof. Dr. Ir. Rudhy Gustiano, M. Sc. (Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)) sebagai Ko-Promotor.