The 13th Geography Days Gelar Mini Webinar Climate Crisis 1.0: Laut Rusak, Dunia Terdampak

Fenomena perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan pangan global, dan pembangunan ekonomi. Salah satu dampak terbesar dari adanya perubahan iklim adalah laut. Terjadinya peningkatan permukaan air laut akan berdampak pada masyarakat pesisir dan daerah dataran rendah di seluruh dunia dengan timbulnya fenomena banjir, erosi pantai dan perendaman, serta hilangnya pulau-pulau kecil.

Sabtu (20/11) Departemen Geografi Universitas Indonesia berkolaborasi dengan WWF Indonesia dan Greenpeace Southeast Asia, menyelenggarakan mini webinar yang berjudul “Climate Crisis 1.0: Laut Rusak, Dunia Terdampak”.

Mini webinar tersebut merupakan bagian dari rangkaian Geographic National Society Summit (GNSS), The 13th Geography Days. Kegiatan webinar diselenggarakan secara online melalui platform Zoom Meeting. Dalam kegiatan ini, panitia The 13th Geography Days turut mengundang pembicara yang kompeten di bidangnya, yaitu Imam Musthofa selaku Head of WWF Indonesia Marine and Fisheries Program serta Arifsyah Nasution selaku Greenpeace Southeast Asia Marine Campaigner.

Webinar diawali dengan pembukaan oleh moderator dan ice breaking. Pemaparan materi diawali oleh Imam Musthofa selaku narasumber pertama. Dalam presentasinya, beliau menjelaskan mengenai perkembangan terkini perubahan iklim di Indonesia dalam kaitan terhadap isu kelautan, dampak krisis iklim terhadap ekosistem laut, serta alasan pentingnya masyarakat perlu menjaga laut.

“Sejak 1900, temperatur bumi sudah meningkat hampir 4 derajat. Angka tersebut sudah mengkhawatirkan banyak pihak.” jelas Pak Imam.

“Panas dari dampak global warming paling besar dampaknya ke laut dengan penyerapan mencapai 93%. Jadi kebayang kan ekosistem di laut seperti apa dampaknya.” beliau menambahkan.

Disusul oleh narasumber kedua, Arifsyah Nasution, menjelaskan mengenai bagaimana kenaikan muka air laut dapat terjadi, bahaya yang terjadi ketika permukaan laut mengalami kenaikan, serta langkah yang dapat masyarakat lakukan dalam upaya mencegah hal tersebut.

Setelah pemaparan materi oleh narasumber, sesi tanya jawab dipandu oleh Savannah Jamal, selaku moderator, diselenggarakan selama kurang lebih 40 menit. Di akhir kegiatan webinar, kedua narasumber juga memberikan closing statement-nya.

“Generasi muda termasuk kawan-kawan mahasiswa adalah influencer terpenting dalam menanggulangi krisis iklim. Do it and take action.” ungkap Pak Imam.

“Penting bagi seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan daya kritis seperti melalui diskusi atau kajian, meningkatkan moralitas akademi. Pemimpin masa depan perlu belajar banyak hal dari kesalahan pemimpin saat ini. Sekecil apapun kontribusinya apabila dikerjakan oleh banyak orang akan berkontribusi positif.” kata Pak Arifsyah menambahkan.

Geographic National Society Summit (GNSS) merupakan salah satu rangkaian dari acara The 13th Geography Days. Acara ini akan diadakan secara daring, meliputi dua mini webinar dengan tema “Climate Crisis 1.0: Laut Rusak, Dunia Terdampak” dan “Climate Crisis 2.0: Mulai Kelola untuk Cegah Bencana” serta webinar utama dengan tema “Collaborative Efforts and Innovation for Climate Crisis“. GNSS dihadiri oleh pakar sesuai dengan bidangnya yang berasal dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta sebagai bentuk kolaborasi dalam menghadapi permasalahan krisis iklim.

Kontributor : Arrizqy Nadya Khairunnisa Yulianto (Geografi FMIPA UI)