Tim Pengmas FMIPA UI Kembangkan Aplikasi Monotoring Jarak Jauh Untuk Optimalkan Budidaya Jamur di Masa Pandemik Covid-19

Pandemi COVID-19 tak menyurutkan semangat dosen dan mahasiswa FMIPA UI yang tergabung dalam tim program pengabdian masyarakat MIPA UI menciptakan inovasi.

Tim pengabdian masyarakat (pengmas) mikoponik FMIPA UI saat ini sedang mengembangkan MikoGrow, sebuah aplikasi yang mengusung konsep Internet of Things (IoT) untuk memudahkan monitoring jarak jauh, dengan memanfaatkan internet dalam memperoleh sistem kontrol yang lebih efisien dan hemat waktu.

Pemanfaatkan MikoGrow inovasi tim pengmas FMIPA UI ini adalah untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) di Bumi Kepanduan, Desa Bojong Koneng, Sentul, yang tahun lalu dicanangkan oleh tim pengmas mikoponik FMIPA UI bersama warga sekitar, dan kini mengalami penurunan hasil panen karena kebijakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar akibat Covid-19.

‘’Adanya pandemi tentu mempengaruhi keterbatasan aspek mobilisasi warga dan tim untuk bertemu dan berkumpul, sehingga panen jamur setiap harinya mengalami penurunan, namun kami tidak mau menyerah dengan keadaan, kami mulai melakukan inovasi MikoGrow yang memeungkinkan monitoring jarak jauh” ujar Retno Lestari sebagai Ketua Pelaksana Program.

Dr. Retno menjelaskan secara singkat cara kerja MikoGrow. Pada aplikasi ini tim mengusung konsep Internet of Things yakni sebuah konsep yang memungkinkan beberapa perangkat elektronik memiliki kemampuan untuk mentransfer data (kontrol) dari jarak jauh melalui jaringan internet tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer, sehingga memudahkan penggunanya dalam mealakukan monitoring jarak jauh dengan lebih cepat.

Pada rumah jamur akan dipasang beberapa sensor sebagai pendeteksi untuk memperoleh data suhu dan kelembaban, sehingga membantu petani jamur dapat mengetahui data dan informasi jamur budidayanya secara real time melalui perangkat berbasis androidnya.

Dari data yang telah diperoleh tersebut, kemudian akan dijadikan acuan para petani untuk menentukan apakah jamur perlu disiram atau tidak keesokan harinya.

Bahkan, lanjut Dr. Retno, penyiraman jarak jauhpun dapat dilakukan dengan mist spray yang telah ditempatkan di sudut-sudut tertenti du dalam rumah jamur.

Saat ini, MikoGrow masih dalam tahap pengembangan. Dr. Retno, dan tim akan segera melakukan sosialisasi kepada para petani jamur tentang pemanfaatan teknologi ini. Melalui aplikasi MikoGrow, Dr. Retno dan tim berharap dapat mengedukasi warga tentang perkembangan dan pemanfaatan teknologi untuk mendukung peningkatan produktivitas usaha budidaya jamurnya di rumah jamur mikoponik yang menampung 10.000 baglog tersebut.

“Saat ini MikroGrow masih dalam tahap pengembangan yang nantinya akan sosialisasikan kepada para petani jamur.  melalui MikoGrow kami berharap dapat mengenalkan aplikasi teknologi kepada masyarakat dan berdampak positif terhadap produktivitas budidaya jamur yang dilakukan”. Imbuhnya.

            Tim Pengabdian Masyarakat FMIPA UI juga mengajak warga untuk membuat aneka olahan jamur yang siap konsumsi untuk menambah nilai jual. Menurut Dr Retno, kandungan protein yang cukup tinggi pada jamur tiram, ditambah dengan sifatnya sebagai peningkat sistem imun (imunomodulator), tentunya budidaya jamur ini mampu meningkatkan ketahanan pangan dalam melawan pandemi COVID-19 di Indonesia.

Itulah mendasari Tim Pengabdian Masyarakat FMIPA UI terus bersemangat dalam melakukan inovasi guna keberlangsungan program Mikoponik, tidak hanya dalam proses budidaya, namun juga hilirisasi produk.