Pentingnya Kaderisasi Edukasi Mitigasi Bencana Sejak Dini

Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja. Faktor bencana bisa karena manusia maupun alam. Contoh bencana yang dapat diakibatkan oleh tangan manusia adalah banjir serta kebakaran. Sedangkan bencana yang diakibatkan oleh alam contohnya adalah gunung Meletus serta gempa bumi.

DKI Jakarta adalah ibukota Indonesia dan menjadi salah satu kota terpadat dengan segala hiruk pikuk aktivitas manusia. Maka, jika suatu bencana terjadi, DKI Jakarta berpotensi menjadi kota dengan korban jiwa yang banyak. Potensi jumlah korban jiwa tersebut dapat ditekan jika masyarakat mengetahui cara mitigasi yang benar, sehingga mereka dapat melindungi diri mereka dan orang disekitarnya.

Bencana yang dapat dan sering terjadi di Jakarta adalah kebakaran serta banjir. Gempa bumi, tsunami dan gunung meletus tidak akan terjadi di Jakarta. Tetapi, mengingat letak geografis Indonesia berada di pertemuan antar lempeng dan di zona subduksi, maka ketiga bencana tersebut mungkin saja berpotensi terdampak hingga ke Jakarta, terutama bencana gempa bumi.

Tim pengabdian masyarakat Geosains UI bekerjasama dengan BPBD DKI Jakarta telah melakukan serangkaian acara untuk menciptakan kader muda sigap bencana sejak bulan Agustus lalu. Bencana yang menjadi fokus penting pada pengkaderan kali ini adalah, kebakaran, banjir serta gempa bumi. Nantinya, kader muda ini diharapkan dapat meneruskan dan menerapkan ilmu yang telah diberikan, terutama kepada orang sekitarnya.

Dimulai sejak pertengahan bulan Juli 2018 dengan melakukan edukasi tentang mitigasi bencana di sekolah SMA Vons Vitae 1.

Baca juga FMIPA UI Gelar Sosialisasi dan Edukasi Kesiapsiagaan Hadapi Gempa

Dilanjutkan dengan rangkaian acara kedua yaitu sosialisasi dan mitigasi pada 31 Agustus 2018 di SMAN 31 Jakarta Timur.

Baca juga Tingkatkan Kewaspadaan Potensi Bencana, FMIPA UI Kembali Gelar Sosialisasi dan Mitigasi

Staf pengajar prodi Geosains FMIPA UI, Iskandarsyah, M.Si mengatakan “Jika suatu saat gempa megathrust dengan kekuatan >7 SR terjadi di selat sunda, getaran mungkin akan dirasakan hingga ke Jakarta, tetapi getaran tidak akan sebesar di pusat kejadian, walaupun begitu kita patut waspada sejak dini.”

Dari kedua rangkaian kegiatan edukasi, sosialisasi dan mitigasi bencana tersebut, FMIPA UI mengundang masing-masing 3 orang perwakilan dari 3 sekolah terpilih untuk mengikuti workshop bersama BPBD DKI Jakarta. Ketiga Sekolah terpilih tersebut adalah SMA PSKD 2 Jakarta, SMA Vons Vitae 1 Jakarta, serta SMAN 31 Jakarta.

Workshop bersama BPBD DKI Jakarta tersebut dilaksanakan pada 10 November lalu di FMIPA UI, Depok. Hadir dalam kegiatan ini yakni, Kepala Seksi Kesiapsiagaan, Embai Suhaimi, SE, serta tim BPBD DKI lainnya yaitu, Saura Agnes Cecaria, SH, Riesma Oktapriana, SKM dan Ervienia Oryza Sativa, S.Kep, Ns, M.Si.

Pada workshop kali ini dilakukan pembagian 3 kelompok, yaitu kelompok banjir, kebakaran serta gempa bumi. Masing-masing kelompok terdiri dari perwakilan sekolah yang berbeda.  Kemudian, setiap tim berdiskusi untuk melakukan perencanaan yang harus dilakukan jika di sekolah nya terkena dan terdampak masing-masing bencana tersebut. Setelah itu mengevaluasi apakah sekolahnya memiliki titik kumpul atau zona evakuasi. Kemudian, melakukan perencanaan kapan sosialisasi bencana tersebut harus dilakukan kepada seluruh murid di sekolahnya.

Untuk menindaklanjuti keberlanjutan ilmu yang didapatkan kader-kader muda sekaligus menjadi penutup rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) prodi Geosains FMIPA UI, maka pada tanggal 28 November 2018 FMIPA UI kembali menggelar edukasi terkait mitigasi bencana kepada murid SD di SDIT AL-iman Cipinang Jakarta Timur.

Tim pengmas Geosains UI bekerjasama dengan BPBD DKI Jakarta yaitu Kepala Seksi Kesiapsiagaan, Embai Suhaimi, SE, beserta tim menilai para kader dalam menyampaikan ilmu yang telah di berikan saat workshop sebelumnya.

Tugas para kader di SDIT AL-Iman adalah menyampaikan cara mitigasi bencana kebakaran, banjir dan gempa bumi serta mempraktikannya di depan para murid dengan bahasa yang sederhana. Salah satu cara penyampaiannya adalah dengan menyanyikan lagu sehingga anak-anak lebih mencerna.

Beberapa dari siswa juga mengaku memiliki kondisi rumah yang sering dilanda banjir. Sehingga para kader menghimbau untuk memberitahukan kepada orangtua mereka agar selalu mengumpulkan dokumen-dokumen penting dalam satu tas agar bisa bersiap evakuasi jika tanda-tanda banjir mulai terlihat, hal ini berlaku juga untuk evakuasi bencana lainnya. Selain itu jika sudah terlihat tanda-tanda banjir dan kebakaran sebaiknya segera memetikan listrik, karena air adalah medium yang baik bagi listrik.

“Itulah pentingnya kaderisasi edukasi bencana sejak dini, agar masyarakat lebih aware jika suatu saat bencana terjadi. Selain itu dengan adanya kader, diharapkan muncul kader-kader baru yang dapat meneruskan edukasi bencana ini secara berkelanjutan”. Jelas Reza Syahputra, Staf pengajar Prodi Geologi.