Peran Strategis Matematika dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Kamis (17/3/2022). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) menggelar webinar series melalui program seminar daring bertajuk MIPAtalk. Webinar ini merupakan series pertama dari program MIPAtalk yang kini segera memasuki series kedua. Pada series pertama ini Mipatalk mengangkat tema “Peran Strategis Matematika Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0”.

MIPAtalk series pertama ini juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube FMIPA UI Official. Peserta webinar terbuka untuk umum dan terdiri atas sivitas akademika di lingkungan UI, maupun luar UI.

Hadir sebagai narasumber yakni Guru Besar Kelompok Keahlian Matematika Industri dan Keuangan, FMIPA ITB Prof. Edy Soewono, Ph.D, bersama Dr. Hengki Tasman dari Departemen Matematika FMIPA UI sebagai moderator.

Kegiatan dibuka oleh Dede Djuhana, Ph.D. selaku Dekan FMIPA UI. Dalam sambutannya ia mengatakan MIPAtalk series pertama ini digear sebagai bentuk kolaborasi FMIPA UI dan FMIPA ITB sekaligus sebagai ruang diskusi untuk saling meng-update perkembangan riset, dan ilmu pengetahuan terkini di bidang sains.

“Kita harus punya dasar matematika sebagai inti untuk kita menghadapi revolusi industri 4.0 dimana salah satunya programming atau matematika, tidak harus kita kuasai tapi setidaknya memahami intinya sehingga kita dapat beradaptasi di era sekarang ini. Saya berharap FMIPA UI bisa memberikan kontribusi yang besar pada bidang ini,” ujar Dekan FMIPA UI.

Prof. Edy Soewono dalam presentasinya membawakan lima poin utama terkait peran strategis matematika di era revolusi industri 4.0. Diantaranya adalah tantangan dan peluang, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), peran matematika dan matematikawan, aktivitas industri di Pusat Penelitian Multi-Disiplin (P2MS)-ITB, serta harapan kedepan.

“Diambil dari beberapa rujukan, yang penting menjadi introspeksi materi-materi yang kita perlukan, umumnya berorientasi ke masalah big data. Di sana ada mining data analysis, mathematical programming, research, artificial intelligence, machine learning, dan lain sebagainya. Persoalannya adalah apakah semuanya bisa diajarkan di prodi matematika? Sebagian mungkin berkata bisa. Namun, apakah cukup hanya dengan menaruh di silabus? Di mana peran dosen?” beber Prof. Edy menjelaskan permasalahan besar yang kerap muncul di kalangan matematikawan.

Selain itu, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebagai program Kemendikbud dua tahun terakhir menjadi kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat dselenggarakan di setiap kampus dengan berbagai macam bentuk kegiatannya, mulai dari pertukaran mahasiswa, magang, mengajar di sekolah, keterlibatan di penelitian, membangun desa, studi atau proyek mandiri. Kewirausahaan mahasiswa sampai proyek kemanusiaan. Namun sayangnya, kata Prof. Edy, bidang matematika belum banyak masuk dalam program-program MBKM tersebut.

“Bisa diidentifikasi bahwa di bidang matematika delapan kegiatan tadi terbilang sangat minim dibandingkan bidang-bidang lain”. ungkapnya.

Masih dalam materi presentasinya tersebut, Prof. Edy mendorong kepada para dosen untuk memberikan materi kuliah yang erat relevansinya dengan dunia nyata. Dan untuk itu, perlu adanya dukungan fasilitas atau lingkungan yang mewadahi sebagai gerbang ke dunia industri.

Prof. Edy Soewono menutup pemaparan materinya dengan menjelaskan tantangan dan tanggung jawab komunitas matematika untuk mempersiapkan lulusan di era industri 4.0.

“Kita perlu mengakomodasi pengembangan soft skill sebagai bagian kegiatan akademik ber SKS. Tidak mudah kalau dilakukan sendiri. Akan tetapi, kalau kita memanfaatkan kompetensi-kompetensi yang ada di luar sana, secara bertahap bisa kita bangun di prodi matematik. Namun, kurikulum menjadi masalah karena bentuknya yang sangat padat dengan kuliah pendukung wajib menyebabkan kesempatan membangun soft skill menjadi sangat minim.”

Selain itu, keterlibatan dosen dalam Industrial Networking juga perlu dioptimalkan, salah satunya melalui kegiatan kolaborasi internasional serta interaksi dosen–mahasiswa dalam multidisiplin ilmu. Hal itu juga yang diterapkan di kampus ITB sehingga lahir P2MS ITB.

Yang kalah penting, lanjut Prof. Edy adalah pengerahan calon dosen juara muda yang siap beradaptasi dengan tuntutan baru dan menumbuhkan kepercayaan diri dosen matematika untuk berinteraksi dengan mitra dan disiplin ilmu di luar matematika.