Mahasiswa FMIPA UI Raih Prestasi pada The 24th Indonesia Accounting Fair Business Case Competition

Adawia Ananda, Mahasiswa dari Program Studi Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI), bersama rekan satu timnya sesama mahasiswa dari lintas fakultas di UI yakni Pascal Nicholas (Akuntansi 2021), dan Ayesha Kalila Yushiputeri (Teknik Industri 2021) raih prestasi dalam ajang The 24th Indonesia Accounting Fair yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Ketiganya meraih juara 3 dalam ajang yang berkolaborasi dengan PwC dan Deloitte tersebut.

Indonesia Accounting Fair dibagi menjadi perlombaan Business Case Competition dan Accounting Competition, dimana PwC dan Deloitte sebagai case collaborators. Adawia beserta tim mengikuti perlombaan BCC, di mana kompetisi ini cukup ketat, terdapat lebih dari 50 tim berpartisipasi dengan masing-masing terdiri dari 3 anggota. Dalam setiap kategori perlombaan (Accounting dan BCC) terdapat 3 juara dan best presenter.

Mereka bertiga bergabung pada tim yang dinamakan “Hana’s Lovers”. Uniknya, mereka menamai tim tersebut karena mereka dimentori langsung oleh salah satu senior bernama Rohananda Devi (Manajemen 2020) yang telah meraih banyak penghargaan dalam berbagai Business Case Competition.

Dalam Indonesia Accounting Fair (IAF), skema lomba terdiri dari tiga tahap. Pada tahap Preliminary, para peserta membuat proposal dari suatu case. Pada tahap Semifinal (Top 15), peserta diberikan case baru yang disusun oleh case collaborators dan membuat pitch deck serta melakukan presentasi di hadapan dewan juri. Sedangkan pada tahap Final (Top 5), case yang digunakan sama dengan tahap semifinal, namun pada hari-H final, peserta mendapatkan informasi tambahan dan diberikan waktu 2 jam untuk menyesuaikan dan memperkaya strategi yang telah dibuat sebelumnya, kemudian melakukan presentasi secara offline di depan dewan juri.

Studi kasus yang diberikan merupakan permasalahan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang minyak kelapa sawit. Peserta diminta untuk membuat strategi agar perusahaan ini dapat mereduksi emisi karbon dan mencapai zero emissions pada tahun 2030.

“Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aku dan teman-teman mengusulkan strategi yang terdiri dari tiga komponen utama. Pertama, kami mengusulkan penerapan Nature-Based Solution (NBS) untuk memanfaatkan kapasitas alam dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG), beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Kedua, kami mengusulkan Climate Risks Adaptation untuk mengurangi kerentanan sistem manusia dan alam terhadap dampak perubahan iklim. Terakhir, kami menekankan pentingnya Responsible Sourcing untuk memastikan bahwa produk dan layanan yang kami gunakan diproduksi dan disediakan secara etis, berkelanjutan, dan bertanggung jawab sosial.” ungkap Adawia.

Mengikuti lomba ini tidak berjalan tanpa tantangan. Tim tersebut mengakui bahwa mereka cukup menghadapi tantangan yang memakan waktu dan energi. Dalam waktu singkat antara pengumuman lolos ke babak final dan final sendiri, para peserta dituntut untuk menyiapkan dalam waktu singkat, di mana mereka juga tetap sambil berkuliah dan memenuhi kewajiban akademis.

“Dalam segi materi, tantangan terbesar adalah untuk menciptakan solusi yang feasible. Mungkin mudah bagi kita untuk berandai-andai dan menciptakan solusi yang fantastis. Tapi untuk menciptakan solusi yang feasible, perlu memikirkan banyak hal, seperti aspek keuangan,  ROI yang sepadan, dan masih banyak lagi.” jawab Adawia.

Walau begitu, tantangan tersebut bukanlah suatu halangan untuk tetap memberikan yang terbaik. Terlebih karena adanya motivasi kuat yang tertanam dalam diri Adawia.

“Aku selalu memperoleh pengetahuan baru dan pengalaman berharga dari kompetisi-kompetisi yang pernah aku ikuti Maka dari itu, ketika Pascal mengajak aku dan Ayesha untuk bergabung dalam lomba ini, aku langsung menerima tantangan tersebut tanpa ragu. Topik yang diangkat dalam kompetisi ini, yaitu Climate Action dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GHG) juga sesuai dengan minat dan antusiasmeku.” lanjut Adawia.

Pada akhir sesi wawancara, Tim Hana’s Lovers menceritakan bahwa terdapat banyak manfaat yang mereka dapatkan dari pengalaman kompetisi ini, seperti melatih kemampuan berpikir kritis, memperluas pengetahuan di luar kurikulum akademis, dan membangun jaringan. Selain itu, mereka juga sepakat bahwa melalui kesempatan ini memungkinkan mereka juga belajar dari para profesional di industri.

“Ikut lomba awalnya mungkin kelihatan menakutkan, tapi aku sadar bahwa the journey matters more than the end result. Late night calls buat ngerjain pitch deck, meetings with the mentors to practice pitching, the nerve before going on stage in front of the judges, and finally hearing your name announced as the winner. I will say this again, ikut lomba itu bikin ketagihan! So, don’t be afraid to take your first step and start your journey!”

Indonesia Accounting Fair (IAF) adalah salah satu acara akuntansi internasional tahunan terbesar dan tertua yang diselenggarakan oleh mahasiswa di Indonesia. The 24th Indonesia Accounting Fair tahun 2023 mengangkat tema “Approaching Net Zero: Counteracting Climate Change to Enforce an Imperishable Impact”. Visi acara ini adalah menjadi kesempatan belajar akuntansi dan bisnis internasional terkemuka bagi mahasiswa. Tidak hanya menarik mahasiswa dari universitas di seluruh Asia Tenggara, tetapi juga banyak profesional dari perusahaan bergengsi. IAF bertujuan untuk membantu mahasiswa akuntansi memperluas pengetahuan dan wawasan mereka mengenai isu-isu akuntansi terkini.

Adapun timeline dari kompetisi ini adalah submission preliminary pada 14 Januari 2023, semifinal pada 28 Februari 2023, dan Final&Awarding pada 4 Maret 2023. Pengumuman semifinal dilakukan melalui email dan instagram, serta pengumuman finalis dilaksanakan offline saat melakukan company visit ke PwC. Sedangkan pengumuman pemenang dilakukan secara offline pada awarding night dan pada Instagram.

 

Kontributor Humas FMIPA UI : Arrizqy Nadya Khairunissa (Geografi 2019)