Memahami Dasar-Dasar Dinamika Bumi Melalui Pengenalan Batuan di Laboratorium Alam Parangtopo FMIPA UI

Pemahaman tentang cabang ilmu kebumian geologi, perlu dimiliki oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal ini karena segala aspek kehidupan manusia bergantung pada fenomena geologi, mulai dari energi, sumber daya alam, hingga kebencanaan.

Salah satu kelompok yang dapat diajarkan tentang kebumian adalah siswa SMA. Siswa SMA dinilai masih sangat perlu untuk belajar lebih banyak hal fundamental tentang ilmu kebumian termasuk fenomena geologi, salah satunya mengenai bagaimana berbagai macam batuan dapat terbentuk.

Pemahaman tentang bumi sebenarnya sudah diajarkan di sekolah-sekolah, dan termasuk ke dalam mata pelajaran geografi. Dalam mata pelajaran ini telah diajarkan bagaimana interaksi bumi dengan kehidupan sosial di atasnya. Namun kegiatan yang lebih menarik perlu diadakan, agar ilmu yang diberikan dapat lebih terserap dan membekas di benak para siswa.

Berlatar belakang hal di atas, sejumlah dosen di Program Studi (Prodi) Geologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) yang tergabung dalam tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) menggelar kegiatan bertajuk Rumah Belajar Ilmu Kebumian, di Laboratorium Parangtopo FMIPA UI, Kampus UI Depok, pada Senin, 27 November 2023.

Peserta dalam kegiatan ini adalah para siswa kelas XI SMA Negeri 1, Kota Depok, Jawa Barat. Sebanyak 25 siswa mengikuti kegiatan edukatif dan menarik ini.

“Kegiatan kami berfokus pada pengenalan langsung berbagai macam batuan yang umum, dan sering ditemukan di alam, serta dinamika pergerakan bumi. Sehingga para siswa tidak hanya belajar dari buku saja, melainkan dapat melihat dan menyentuh langsung batuan, dan mineral-mineral tersebut,” kata Reza Syahputra, Ph.D. selaku ketua Prodi Geologi sekaligus ketua tim Pengmas FMIPA UI.

Adapun metode kegiatannya, lanjut Reza, adalah dengan melakukan permainan identifikasi batuan yang ada pada mini museum di Laboratorium Parangtopo.

“Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi para siswa untuk mampu memahami secara mendalam tentang keragaman geologi bumi dan manfaatnya, melalui pengenalan berbagai jenis batuan berdasarkan variasi keterbentukannya, serta mengaitkan teori ilmu kebumian dengan realitas yang ada di sekitar kita” ujarnya.

Pada awal kegiatan, peserta diajak untuk memahami dinamika pergerakan bumi yang erat kaitannya dengan pergerakan lempeng tektonik. Pada dasarnya Bumi telah berusia 4.5 milyar tahun dan bertahan dari berbagai macam kondisi cuaca ekstrim, dimulai dari kondisi Bumi yang memiliki kandungan CO2 yang sangat tinggi hingga zaman es. Kondisi yang ekstrim tersebut mengakibatkan terjadinya kepunahan masal pada berbagai macam jenis makhluk hidup. Seluruh peristiwa bencana alam (letusan gunung berapi dan gempabumi) yang memusnahkan banyak makhluk hidup tersebut terjadi akibat adanya pergerakan lempeng tektonik di kerak benua dan samudera. Tim juga menjelaskan bagaimana pergerakan lempeng tersebut memberikan dampak signifikan pada keberagaman mineral dan batuan di permukaan bumi. Hasilnya, bumi memiliki zonasi geologi yang beragam dengan komposisi batuan yang unik.

“Untuk memahami bagaimana bumi bekerja kita dapat melakukannya dengan mengamati produk dari proses geologi tersebut, salah satunya adalah batuan dan mineral,” kata Reza kepada para peserta.

Setelah presentasi, kegiatan dilanjutkan dengan mengelilingi mini museum mini batuan di Laboratorium Alam Parangtopo untuk memperkenalkan berbagai mineral dan batuan kepada peserta.

Selain edukatif, mini museum di Laboratorium Alam Parangtopo menjadi tempat menarik bagi siswa untuk melihat berbagai koleksi, serta melakukan identifikasi mineral serta batuan secara fisik. Siswa juga diberikan kesempatan untuk mengobservasi secara langsung material batuan yang telah disayat menggunakan mikroskop.

Dalam kegiatan ini, batuan umum yang dikenalkan tim kepada peserta diantarnya adalah basal, gabbro, granit, dan batuapung. Peserta juga diajak mengenal batuan yang memiliki nilai ekonomi, seperti batubara, dan mineral berharga seperti kalsedon, kuarsa, dan jasper. Tak ketinggalan, beberapa jenis mineral juga diperkenalkan, seperti kecubung, pyrite, azurite, malachite.

Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan akademis tetapi juga memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk lebih mendalaminya. Dengan demikian, diharapkan generasi muda akan semakin peduli, dan termotivasi untuk memahami lebih lanjut kompleksitas keberagaman geologi bumi.