Pusat Studi Kelautan FMIPA UI Gelar Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang dengan Konsep Participatory Modelling

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut yang penting dalam menunjang kehidupan terkait dengan perannya sebagai habitat ikan, mengurangi energi gelombang laut yang sampai ke daratan, hingga objek wisata. Sayangnya, berbagai ancaman mengintai keberlanjutan jasa ekosistem yang penting yang dihasilkan terumbu karang, seperti naiknya suhu muka air laut yang menjadi faktor pendorong coral bleaching, pengambilan karang illegal, sampai kepada rusaknya karang akibat aktivitas wisata.

Berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari upaya transplantasi karang, hingga penanaman mangrove untuk melindungi aliran sedimen dari daratan, namun nyatanya hingga kini ekosistem terumbu karang semakin terancam oleh berbagai kegiatan manusia.

Berlatar belakang hal itu, Pusat Studi Kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) bekerjasama dengan Yayasan Karang Lestari (YKLI) berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama mahasiswa untuk mempelajari berbagai metode yang dapat membantu pengelolaan ekosistem terumbu karang secara optimal.

Upaya ini diwujudkan melalui kegiatan pelatihan Conceptual Model Pengelolaan Terumbu Karang Menggunakan Participatory Modelling atau metode pengelolaan terumbu karang berbasis resiliensi masyarakat.  Participatory Modelling dinilai menjadi salah satu metode yang belum banyak dikembangkan saat ini.

“Pelatihan Conceptual Model Pengelolaan Terumbu karang menggunakan Participatory Modeling adalah untuk memperkenalkan konsep dasar system thinking dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang, dan aplikasi participatory modelling ke pada para mahasiswa khususnya yang berminat pada penelitian ekosistem terumbu karang,” kata Kepala Pusat Studi Kelautan FMIPA UI Dr. Riani Widiarti, M.Si. menjelaskan tujuan kegiatan, Kamis (27/7/2023).

Menurutnya, pengenalan participatory modelling ini sangat penting digunakan dalam penelitian terkait ekosistem terumbu karang khususnya, dan ekosistem laut pada umumnya. Pasalnya, Participatory modelling menitik beratkan pada pengetahuan masyarakat lokal terhadap kondisi ekosistem saat ini, dan ancaman-ancaman yang dihadapi sehingga dapat membantu pengambilan keputusan dalam pengelolaan ekosistem.

Pelatihan yang digelar di Gedung Laboratorium Riset Multidisiplin FMIPA UI – PT Pertamina, Kampus UI, Depok, ini melibatkan 30 peserta yang merupakan staf pengajar, mahasiswa Program Studi Geologi, dan Geofisika, Departemen Biologi, Departemen Geografi, Magister Ilmu Kelautan, dan Sekolah Ilmu Lingkungan UI.

Dr. Suryo Kusumo selaku Ketua YKLI sekaligus narasumber pada pelatihan ini membagikan materi pelatihan tentang metode System theory – System thinking – Mental model, Causal loop diagram/Conceptual Model untuk pengelolan ekosistem terumbu karang.

Dalam System theory, peserta diperkenalkan pada konsep ‘sistem’ beserta karakteristiknya. Pada bagian pengenalan System thinking, peserta dikenalkan pada poin-poin penting dalam System thinking, yaitu konsep kebergantungan semua unsur.

“Konsep ini telah diterapkan dalam penelitian ekologi, ekonomi, politik, bahkan sosial. Pengelolaan ekosistem terumbu karang dilihat sebagai satu kesatuan sistem sosial ekologikal, tidak dipisah antara aspek sosial dengan ekologi nya,” kata Dr. Suryo.

Peserta juga diperkenalkan pada konsep mental model yang merupakan bagian penting untuk memahami suatu sistem.

“Pemahaman seseorang akan mental model akan mempengaruhi fungsionalitas sistem yang dibuat,” ujarnya.

Sementara itu melalui metode Causal loop diagram, peserta pelatihan diperkenalkan secara lebih mendalam seputar struktur berfikir pada konseptual model. Causal loop diagram digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel dalam sistem, yang nantinya akan tergambar dalam system behaviour.

Hubungan antar variabel bisa menambah (+) atau mengurangi (-). Gabungan hubungan antar variabel dalam suatu sistem dapat menghasilkan loop (+) atau reinforcing, dan dapat pula menghasilkan loop (-) atau balancing. Peserta juga pelatihan diberikan contoh-contoh sistem sederhana seperti sistem atmosfer, sistem alam, dan sistem ekonomi.

Narasumber lainnya, Anindita D. Kusumawardhani, M.Si. selaku tim peneliti di Pusat Studi Kelautan FMIPA UI menjelaskan tentang teori Participatory Modelling pengelolaan terumbu karang. Pada sesi ini, Anin memaparkan konsep pendekatan partisipatif, dan konsep participatory modelling dalam system dynamics.

Pada participatory modelling pertukaran pengetahuan antar para pemangku kepentingan menjadi kunci penting. Pengetahuan lokal masyarakat, khususnya, dianggap menjadi kunci dalam pemecahan masalah lingkungan,” kata Anin.

Focus Group Discussion (FGD) menjadi salah satu metode yang paling banyak digunakan pada participatory modelling terutama dalam menyusun Causal loop diagram dari sistem yang akan dibangun. Pada sesi ini disampaikan pula studi kasus penggunaan participatory modelling dalam pengelolaan pesisir.

FGD dilakukan dengan menggunakan skenario role-play di mana masing-masing peserta pelatihan diberikan peran untuk dimainkan dan kemudian berdiskusi. Peran yang dibuat diantaranya masyarakat pesisir yang terdiri dari nelayan, istri nelayan, penjual ikan, tokoh masyarakat, operator wisata, dan aparatur kelurahan. Para peserta juga diberikan peran sebagai fasilitator FGD, operator, dan notulen.

Sebelum simulasi dilakukan, para peserta dipandu untuk melakukan instalasi perangkat lunak Socio-Ecological Systems App for Mental Model Elicitation (SESAME). Para peserta kemudian dipersilakan untuk melakukan diskusi sesuai peran masing-masing, dengan tema pengelolaan wilayah pesisir.

Pemeran masyarakat diminta menjelaskan kondisi ekosistem pesisir yang ada saat ini, dan simulasi kondisi masa depan. Masyarakat pesisir juga diminta menjelaskan hubungan masing-masing ekosistem yang ada, dan kegiatan apa saja yang bisa menjadi ancamannya. Hasil diskusi direkam dalam notulen, dan digambarkan dalam aplikasi SESAME.