Tim Relawan Geografi FMIPA UI Paparkan Data Pascabencana Sulawesi Tengah

Dalam diskusi panel yang digelar pada Sabtu (10/11) di Gedung C FMIPA UI, Depok. Tim relawan Geografi FMIPA UI yang menjadi salah satu bagian tim UI Peduli paparkan data pasca bencana Sulawesi tengah.

Tim relawan Geografi FMIPA UI terlibat langsung dalam fase tanggap darurat penanggulangan bencana. Mereka  terbagi menjadi 3 batch yang diberangkatkan pada waktu yang berbeda.

Batch I yang berangkat 4-10 Oktober 2018 bertugas melakukan Pemetaan Bangunan, Aksesbilitas dan Titik Pengungsi. Disusul dengan keberangkatan Batch II pada 10-17 Oktober 2018 dan Batch III pada tanggal 22-26 Oktober. Batch II & III memiliki tugas yang sama yakni melakukan Pemetaan Bangunan, Fasilitas Umum dan Pemetaan Sosial.

Baca juga : Pemetaan Pascabencana, FMIPA UI Kirim Tim ke Palu dan Donggala

Anggoro Tri Muldigono dari batch I menjelaskan, dalam menyediakan data spasial dasar wilayah terdampak, Departemen Geografi FMIPA UI berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Humanitarian Openstreetmap Team (HOT) melalui kegiatan Mapping Marathon (mapathon) yang berhasil memetakan 5.122 dari total 26.663 bangunan eksisting dalam waktu 3 hari dan bersama ESRI Indonesia melalui workshop portal data serta workshop operational dashboard sebagai media publikasi datanya.

Dalam melaksanakan tugasnya Anggoro dan tim mengaku menghadapi beberapa hambatan diantaranya Gangguan jaringan komunikasi dan listrik yang sedang diperbaiki oleh PLN, Kondisi jalan utama di Kecamatan Labean, Kabupaten Donggala, dan Kondisi jalan desa Lende Tovea dusun Labuana, Kecamatan Balaesang – Kecamatan Sirenja.

“Titik pengungsi yang ada disana pesebarannya tidak merata, ada yang terhambat penyaluran logistiknya karena akses jalan menuju ke titik pengungsi rusak akibat longsor sehingga membutuhkan waktu yang panjang guna menjangkau lokasi yang dituju”, ucap Anggoro.

Dari grup pertama dan kedua didapatkan data terkait jumlah bangunan yang rusak dimana kabupaten Donggala merupakan lokasi yang paling besar terdampak bencana tersebut.

Rijali Isnain Haripa dalam presentasinya berjudul terkait proses produksi peta terdampak gempa dan tsunami Palu, dan Donggala memaparkan dari pemetaan secara spasial didapatkan bahwa total bangunan yang mengalami rusak berat ada 3396 bangunan, sedangkan 1993 bangunan rusak sedang dan 596 bangunan lainnya mengalami rusak ringan.

Penggolongan kerusakan bangunan itu menurutnya didasarkan pada seberapa besar dampak bencana terhadap bangunan.Kategori rusak adalah ketika suatu bangunan sudah benar-benar rata dengan tanah.

Sedangkan rusak sedang artinya bangunan hanya mengalami keretakan atau hancur sebagian dan rusak ringan dimana bangunan tidak mengalami kerusakan yang berarti hanya keretakan kecil pada dinding dan pagar rumah.

Berdasarkan data yang telah di validasi, lanjut Rijali, tim pemetaan yang bertugas di kampus menghasilkan peta wilayah kesesuaian untuk hunian sementara (Huntara) dan peta terdampak multi bencana.

Peta-peta tersebut menurutnya dapat membantu kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah bencana dan membantu proses perencanaan ruang berbasis risiko bencana.

“Upaya pengurangan risiko bencana bukan semata-mata sebagai pengeluaran tetapi harus diperhitungkan sebagai investasi dalam pembangunan”. tandas Rijali.

Selain memvalidasi kerusakan-kerusakan bangunan, tim relawan geografi FMIPA UI juga melakukan kegiatan lapangan lainnya seperti mengkoordinir pendistribusian bantuan kepada para korban bencana, memberikan dan memasangkan panel surya, membantu tim medis, membangun tenda posko UI Peduli.