Cocofloor, Solusi Kekeringan Di Lahan Pertanian Desa Sembalun oleh Departemen Biologi FMIPA UI

Para pendaki gunung atau wisatawan penikmat alam pasti kenal dengan Desa Sembalun. Desa yang menjadi salah satu gerbang pendakian ke Gunung Rinjani. Desa Sembalun memiliki lanskap alam yang indah dengan bentangan pertanian di sekitar kaki gunung.  Tanahnya yang subur menjadikan Desa Sembalun sebagai penghasil berbagai hortikultura seperti, kentang, bawang, buncis dan kopi, sehingga mayoritas masyarakat Sembalun mempunyai mata pencaharian sebagai petani.

Lahan pertanian membutuhkan pengairan yang baik untuk mendapatkan hasil panen yang optimal. Sayangnya, pada musim kemarau, para petani Desa Sembalun seringkali mengalami kekurangan pasokan air. Hal tersebut menjadi kendala para petani untuk mendapatkan hasil panen yang baik.

Menjawab tantangan tersebut, tim pengabdian masyarakat (Pengmas) Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) yang terdiri atas tiga mahasiswa, yaitu Bismi Yasinta Maharani, Muhammad Aqmal Danish, dan Windya Fajira, serta dibawah bimbingan dosen Departemen Biologi Dr. Ratna Yuniati sebagai ketua tim dan Dr. Retno Lestari ini mengenalkan suatu teknologi sederhana yang dinamakan Cocofloor, teknologi ini bertujuan untuk mengatasi kendala kurangnya pasokan air.

“Cocofloor merupakan campuran limbah sabut kelapa dan air sagu yang kemudian dicetak seperti karpet, lalu diletakkan di bawah lapisan tanah dan lahan siap ditanam. Nutrisi yang ada pada sabut kelapa dapat menyuburkan tanah dan sekaligus dapat menahan air lebih lama, sehingga penyiraman tanaman tidak perlu dilakukan setiap hari, sangat tepat diimplementasikan di Desa Sembalun ketika adanya penggiliran pasokan air akibat dari musim kemarau” ujar Dr. Ratna Yuniati.

Sebelumnya, tim telah melakukan penyuluhan mengenai Cocofloor sebagai water absorber pada hari Sabtu, 6 Agustus 2022 di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Warga sangat antusias terhadap teknologi baru yang diperkenalkan oleh tim Pengmas dan ikut serta dalam melakukan percobaan pembuatan Cocofloor.

“Cocofloor ini akan sangat membantu pertanian Sembalun, umumnya di Sembalun ada lahan yang mudah mendapatkan air tetapi ada lahan yang sulit untuk mendapatkan air. Daerah ini biasanya mengandalkan air hujan saja dan dalam satu tahun paling tidak hanya bisa satu kali panen. Irigasinya sulit tetapi dengan adanya cocofloor yang bisa menahan air enam belas kali lipat lebih banyak dari tanah kebun akan menjadi solusi yang baik bagi pertanian di Sembalun.” Ujar Andobi, Petani di Desa sembalun.