FMIPA UI – UGK Berkolaborasi Dalam Inventarisasi Potensi Bencana Alam di Kabupaten Gunungkidul

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) melalui Departemen Geografi, berkolaborasi dengan Universitas Gunung Kidul (UGK) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan melakukan sosialisasi hasil “Inventarisasi Potensi Bencana Alam Tanah Longsor di Kapanewon Gedangsari Kabupaten Gunungkidul”, pada Kamis (1/2/2024), di Aula Prof. Koesnadi Hardjosumantri, Kampus 2 Universitas Gunung Kidul.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dan pengembangan salah satu kegiatan Hibah Riset FMIPA UI Tahun Anggaran 2023-2024 yang berjudul “Kajian Spasial Risiko Longsor di Kapanewon Gedangsari Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta” yang ketuai oleh Adi Wibowo, M.Si., PhD. (UI), dan beranggotakan Dra. Astrid Damayanti, M.Si. (UI), Ir. Limpat Wibowo Aji, ST., MT. (UGK), Sabilla Fitri Handayani, S.Si. (UI), Maulana Eighner Daffa Jalatama (UI), Ezia Purnama Putri (UI). Selain itu, kegiatan ini merupakan kesinambungan dari kegiatan Kuliah Kerja Lapang 2 Universitas Indonesia yang diadakan sebelumnya di Gunungkidul pada Mei 2022.

Berbagai pihak terkait hadir dalam acara ini, antara lain BPBD, TAGANA, Dinas Sosial, Infokom, BAPPEDA, POLRES Gunungkidul, Kodim 0730 Gunungkidul, FPRB Gunungkidul, FDTB Gunungkidul, PMI Gunungkidul, Save Rescue Gunungkidul, Panewu Gedangsari, Polsek Gedangsari, dan Koramil Gedangsari.

“Tim Pengabdian Masyarakat berfokus pada upaya antisipasi dan adaptasi masyarakat terhadap bencana alam, khususnya tanah longsor. Kami menekankan pentingnya pemahaman kondisi tempat tinggal dan strategi adaptasi sebagai langkah proaktif dalam menghadapi bencana alam,” kata Adi Wibowo selaku ketua tim.

Meskipun masyarakat Kecamatan Gedangsari memiliki pengalaman dalam menghadapi tanah longsor, tapi menurutnya, masih tetap diperlukan peninjauan terhadap kebijakan pemerintah dan sistem peringatan dini guna meningkatkan kapasitas bencana di wilayah tersebut.

Menurut Dra. Astrid Damayanti, M.Si., sebagai salah satu upaya mitigasi bencana oleh pemerintah daerah diperlukan buku potensi desa tentang bencana. Hal itu disampaikan untuk menanggapi masukan dari hasil diskusi dengan stakeholder, mencakup rekomendasi pemetaan pra-saat-setelah bencana termasuk kewenangan model pengelolaan bencana masing-masing.

“Berdasarkan hasil penelitian, pada dasarnya, seluruh desa di Kecamatan Gedangsari telah melakukan seluruh jenis strategi adaptasi dengan persentase penggunaan strategi yang berbeda. Desa yang lebih unggul dalam menghadapi tanah longsor menggunakan strategi ekonomi dan strategi sosial yang kuat seperti di Desa Serut dan Desa Hargomulyo,” kata Astrid.

Dengan demikian, lanjutnya, kegiatan pada tingkat kelompok sangat membantu para individu untuk memiliki strategi yang lebih dalam menghadapi tanah longsor, dan tidak hanya mengandalkan dirinya sendiri. Di Kecamatan Gedangsari, tingkat kapasitas masyarakat desanya cukup beragam, ada desa yang tergolong tangguh terhadap bencana dengan tingkat kapasitas masyarakatnya yang tertinggi adalah Desa Serut, Desa Hargomulyo, dan Desa Ngalang.

Hal ini dipengaruhi oleh masyarakat yang lebih peka terhadap keamanan lingkungan dan cepat tanggapnya menyebabkan adanya strategi adaptasi yang dibuat berbeda dengan desa lainnya sehingga lebih mudah beradaptasi dengan baik.

Adapun desa dengan tingkat kapasitas sedang dan rendah yaitu Desa Mertelu, Desa Tegalrejo, Desa Watugajah, dan Desa Sampang karena disebakan memiliki keterbatasan faktor lingkungan dan masyarakatnya tidak memiliki adaptasi yang memadai sehingga perlu adanya peninjauan khusus untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar masyarakat tidak hanya bergantung kepada diri sendiri namun bekerja sama dengan organisasi kebencanaan dan pemerintah.