Guru Besar FMIPA UI Ungkap Pentingnya Matematika dalam Menghadapi Era Society 5.0

Dalam orasi ilmiah berjudul “Pelabelan Graf, Keragaman Pola dalam Matematika”, Prof. Dra. Kiki Ariyanti Sugeng, M.Sc. menyampaikan, kunci teknologi abad 20 sangat terkait dengan pengumpulan, pemrosesan, dan pendisribusian informasi. Dalam kehidupan abad 21 yang dikenal dengan era society 5.0 saat ini, manusia sangat bergantung pada jaringan komunikasi. Semua proses kemajuan teknologi informasi ini sangat didukung oleh ilmu matematika. Di sisi lain, digitalisasi proses baik dalam bisnis maupun pendidikan serta hal-hal lain pada organisasi sudah banyak diterapkan pada era society 5.0. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pengamanan dokumen digital dalam penyimpanan maupun dalam pengiriman. Salah satu algoritma pengamanan data yang menggunakan konsep matematika adalah Algoritma RSA (Rivest, Shamir, Addleman).

Lebih lanjut ia mengatakan, pengirim memilih dua pasang bilangan prima 𝑝 dan 𝑞 yang cukup besar, dan menggunakan kedua bilangan prima tersebut menjadi suatu bilangan 𝑛=𝑝𝑞. Proses mengalikan 𝑝 dan 𝑞 menjadi 𝑛, akan sangat mudah, tetapi memfaktorisasi menjadi dan masih merupakan hal yang sangat sulit dan sampai saat ini belum dapat dipecahkan. Berdasarkan konsep matematika sederhana ini, kriptografi RSA terbukti sangat aman, sejak ditemukan di tahun 1977 dan tetap bisa dipakai sampai saat ini.

Dalam melakukan pengembangan matematika, Prof. Kiki mengatakan biasanya akan dilakukan klasifikasi, yaitu matematika teori dan matematika aplikasi. Pada umumnya, matematika aplikasi dikembangkan berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata yang perlu dicari solusinya, sehingga aplikasinya sudah diketahui. Sedangkan, matematika teori muncul karena keinginan untuk mengetahui stuktur dan sifat dari berbagai obyek di matematika.

Pada dasarnya, mempelajari matematika adalah mengamati pola, sehingga matematika juga kadang disebut sebagai sains dari pola. Dari pola-pola yang diperoleh, maka dapat diabstraksi menjadi konsep matematika.

Diagram sederhana yang sekarang disebut sebagai graf, atau jaringan bagi peneliti di sains komputer dan teknik, dapat memodelkan berbagai kejadian sehari-hari. Representasi yang paling sederhana adalah graf yang menunjukkan peta jalan, dimana titik merepresentasikan kota, dan busur (garis dalam diagram) menyatakan jalan yang menghubungkan kedua kota.

“Untuk selanjutnya titik akan disebut simpul dan garis disebut busur. Graf dapat diaplikasikan ke berbagai bidang. Salah satu yang melekat dalam keseharian kita adalah penggunaan google map, yang cara bekerjanya berdasarkan pencarian lintasan terpendek dalam graf,” ujar Prof. Kiki.

Ia menambahkan, salah satu bidang penelitian di teori graf, yaitu pelabelan graf. Pelabelan graf adalah pemberian label pada elemen graf yang bisa berupa simpul, busur, dan muka, atau mungkin kombinasinya, dari suatu graf. Label yang diberikan biasanya berupa bilangan bulat, meskipun ada juga pelabelan yang menggunakan label bilangan rasional.

Apabila label dapat merepresentasikan warna, maka permasalahannya disebut sebagai pewarnaan graf. Hal yang sangat menarik dalam penelitian pelabelan adalah dengan menambah atau mengurangi beberapa simpul atau busur, seringkali memberikan pola yang berbeda sangat jauh.

Kepekaan dalam melihat pola yang ditekankan dalam mempelajari matematika, diharapkan dapat membuat semua pihak dapat melihat lebih jelas masalah yang dihadapinya. Matematik, termasuk pelabelan graf, tidak hanya mengajarkan hal-hal yang sudah ditemukan di masa lalu, tetapi juga bisa mengajak siswa dan mahasiswa untuk menemukan suatu pola atau hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Hal ini merupakan inti dari penelitian, yang skalanya bisa untuk tingkat sederhana sampai yang lebih kompleks.

“Seperti yang sudah saya jelaskan di awal, konsep baru bisa saja dimulai dari hal yang sederhana. Bergantung kita, apakah penemuan atau pemikiran dan pertanyaan sederhana itu dapat dikembangkan. Sehingga pengajaran matematika dan kecintaan terhadap matematika perlu dikuatkan. Tanggung jawab ini juga menjadi tanggung jawab bersama, termasuk kita yang menjadi dosen di Perguruan Tinggi,” kata Prof. Kiki.

Atas penelitiannya tersebut, Rabu pagi (9/8/2023), Prof. Kiki dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Graf dan Kombinatorika FMIPA UI oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., di Gedung Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok. Upacara ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Universitas Indonesia dan UI Teve.

Dalam pengukuhannya, turut hadir Ketua Majelis Wali Amanat UI Dr. (HC) Noni Purnomo, B.Eng., MBA.; Managing Director Sinarmas / Ketua Majelis Wali Amanat UI Periode 2019 – 2023 Saleh Husin, S.E., M.Si.; Pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan Jaya Suprana School of Performing Arts Prof. HC. Jaya Suprana; dan Ketua Senat Akademik Universitas Andalas Prof. Dr. Syafrizal Sy.

Prof. Kiki menyelesaikan pendidikan Sarjana Matematika di FMIPA UI pada 1985 dan pada 1987 ia berhasil mendapatkan gelar Magister Matematika di Institut Teknologi Bandung. Kemudian Prof. Kiki menamatkan pendidikan doktoralnya di University of Ballarat (Federal Univ), Australia pada 2006. Beberapa karya ilmiahnya berjudul, Modular Irregularity Strength on Some Flower Graphs (2023); Two Types Irregular Labelling on Dodecahedral Modified Generalization Graph (2023); Distance-Local Rainbow Connection Number (2022); dan Uncertain Hypergraphs: A Conceptual Framework and Some Topological Characteristics Indexes (2022).