Konsisten pada Konservasi Primata, Prof. Jatna Supriatna Kembali Raih Penghargaan Internasional

Kerja keras Prof. Jatna Supriatna, Ph.D., Guru Besar Bidang Biologi sekaligus Direktur Institute for Sustainable Earth and Resources (ISER) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) kembali menarik perhatian dunia. Hal ini dibuktikan dengan diraihnya pernghargaan internasional The Margot Marsh Award for Excellence Primate Conservation 2023 oleh pejuang lingungan tersebut.

Penghargaan diserahkan secara langsung oleh Russell  A. Mittermeier, Chief Conservation Officer organisasi Re:Wild kepada Prof. Jatna di Kuching, Malaysia, pada 22 Agustus 2023 dalam acara World Congress of Primatology.

Re:Wild merupakan sebuah organisasi masyarakat internasional yang memiliki fokus pada konservasi dan kelestarian lingkungan. Dari penghargaan yang diterimanya, Prof. Jatna dinilai layak mendapatkan penghargaan tersebut atas kontribusi dan konsistensinya di bidang konservasi primata.

“Saya sudah lebih dari 40 tahun bergelut di bidang biologi konservasi, banyak penghargaan baik nasional maupun internasional yang saya dapatkan. Saya kira pencapaian-pencapaian sebelumnya itu yang menjadi pertimbangan pemberian penghargaan ini,” kata Prof. Jatna

Beliau berpendapat bahwa permasalahan utama perkembangan ilmu biologi konservasi di Indonesia adalah  bahwa para akademisi tidak dilibatkan dalam keputusan-keputusan strategis pembangunan pemerintah.

Keprihatinannya itu pernah beliau sampaikan dalam pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul “Peran Biologi Konservasi Mendukung Pembangunan Berkelanjutan” pada Maret 2017 lalu, di Kampus UI, Depok.

“Pelestarian lingkungan yang dilakukan berbasis pendekatan ilmiah akan mengurangi kesalahan yang tidak perlu dalam proses pelaksanaan, walaupun memakan biaya yang relatif lebih mahal,” imbuhnya.

Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap perkembangan ilmu biologi konservasi di Indonesia, beliau tak hanya mendedikasikan diri di UI tetapi juga aktif berbagi ilmu pengetahuan di luar kampus. Meski telah purna tugas sebagai pengajar di UI, Prof. Jatna tetap aktif membagikan pandangannya mengenai kepentingnya konservasi llingkungan dengan hadir sebagai pembicara kunci baik di berbagai seminar maupun diskusi publik yang mengangkat isu lingkungan. Executive Director DIPI (Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan Ketua Pembina Yayasan Konservasi Indonesia tersebut juga tercatat sebagai juri ajang The Indonesia Sustainable Tourism Awards (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) sejak 2018

Prof. Jatna juga aktif mengembangkan program-program konservasi di Indonesia bersama Conservation International, suatu organisasi internasional non pemerintah di bidang konservasi. Bersamaan dengan itu, ia mengembangkan minatnya lebih jauh pada keanekaragaman hayati di wilayah Wallacea, terutama di Sulawesi dan pulau-pulau  di sekitarnya, serta proses-proses evolusi yang menyertainya.

Kiprahnya yang mendunia sebagai pakar biologi konservasi, mengantarkannya meraih sederet apresiasi bergengsi, diantaranya Golden Ark Award (1999), Habibie Award (2008), Terry MacManus Award  (2010), Achmad Bakrie Awards (2011) dan Lifetime Achievement from Conservation International (2017), hingga namanya diabadikan untuk spesies tarsius baru Tarsius Supriatnai, yang ditemukan di Gorontalo oleh para peneliti yang tergabung dalam Primate Specialist Group dari IUCN (International Union for Conservation of Nature) pada tahun 2017.

Prestasi lainnya, beliau telah membuat lebih dari 20 buku bertema lingkungan dan konservasi, serta lebih dari 150 paper bereputasi internasional.

Sementara itu organisasi yang pernah dipimpinnya diantaranya, Ketua Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Indonesia, Direktur Eksekutif/Vice President Conservation International Indonesia (1994-2011), Presiden South East Asia Primatologist Association (2006), Ketua IUCN-SSC PSG Asia Tenggara (2007), dan menjadi anggota aktif beberapa organisasi internasional seperti IUCN, dan International Primatological Society.