Guru Besar FMIPA UI Soroti Pentingnya Pemanfaatan Mikroalga Sebagai Bahan Baku Biofuel Hingga Kosmetik

Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas yang memiliki beragam jenis flora dan fauna. Sayangnya, keanekaragaman mikroalga asli/ indigenous Indonesia belum banyak diketahui. Studi mengenai biodiversitas mikroalga, termasuk Cyanobacteria, masih terbatas pada riset struktur komunitas mikroalga di perairan Indonesia.

Prof. Dr. Dra. Nining Betawati Prihantini, M.Sc. dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia (UI), tertarik mengamati mikroalga yang ada di perairan Indonesia, termasuk di kawasan UI. Mikroalga yang ditemukannya kemudian diidentifikasi dan diisolasi untuk diteliti manfaatnya. Beberapa mikroalga yang berhasil diisolasi adalah strain Stanieria, Leptolyngbya, dan Synecochoccus . Strain-strain tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biofuel.

Ia menyampaikan tentang mikroalga tersebut pada pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Sistematika dan Pemanfaatan Mikroalga, FMIPA UI, pada Rabu (25/10), di Balai Sidang Kampus UI Depok. Prosesi pengukuhan tersebut dipimpin oleh Ketua Dewan Guru Besar UI, Prof. Harkristuti Harkrisnowo, S.H., M.A., Ph.D., dan dihadiri oleh Guru Besar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Puspita Lisdiyanti, M.Agr., Chem.

Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Eksplorasi dan Penelitian Mikroalga Indigenous Indonesia dalam Studi Sistematika, Biodiversitas, Pemanfaatan, dan Usaha Konservasi”, Prof. Nining menyoroti pentingnya eksplorasi dan riset tentang mikroalga untuk mengetahui keanekaragaman hayati (biodiversitas) mikroalga.

Di kawasan UI, katanya, juga terdapat mikroalga yang terancam punah, yakni Chara . Mikroalga jenis ini diketahui rentan terhadap perubahan lingkungan, sehingga banyak ditemukan di perairan yang bersih dan bebas polutan. Chara ditemukan di Laboratorium Alam, yaitu mata air dekat FMIPA UI. Perairan Laboratorium Alam merupakan genangan air yang masih bersih dari pencemaran lingkungan. Untuk mendukung kelestarian Chara , upaya konservasi dilakukan dengan dua cara. Pertama, konservasi di luar habitatnya ( ex situ ) melalui pengkulturan di Ruang Kultur Alga Departemen Biologi FMIPA UI—lokasi pengembangan UI Microalgae Culture Collection (UIMCC). Kedua, pelestarian Chara di habitat aslinya. Tahap awal yang harus diperhatikan dalam konservasi mikroalga adalah pembuatan medium pertumbuhan yang tepat.

Prof. Nining menambahkan bahwa dalam memanfaatkan mikroalga, karakteristik mikroalga perlu diketahui agar pemanfaatannya maksimal. Ia mengatakan, “Mikroalga yang akan dimanfaatkan perlu diperbanyak melalui proses pengkulturan. Perbanyakan kultur (biomassa) sangat bergantung dari

wadah pengkulturan dan sistem yang digunakan. Salah satu sistem yang umum digunakan adalah fotobioreaktor untuk menghasilkan biomassa dalam jumlah besar.”

Sistem fotobioreaktor dirancang untuk menyediakan faktor-faktor pendukung pertumbuhan mikroalga. Chlorella DPK-01 telah ditumbuhkan dalam fotobioreaktor berbentuk tabung. Sementara itu, Synechococcus HS-9, Leptolyngbya HS-16, dan Mastigocladus HS-46 ( Cyanobacteria ) telah dibudidayakan dalam fotobioreaktor tabung dan flat. Mikroalga tersebut ditumbuhkan untuk produksi biomassa sebagai bahan baku biofuel.

Setelah proses produksi biomassa, prosedur selanjutnya adalah pemanenan. Metode pemanenan dengan gelombang ultrasonik yang disebut Ultrasound Harvesting Module (UHM) dirancang untuk meningkatkan efisiensi biaya dan waktu saat proses pemanenan. Biomassa mikroalga yang diperoleh dapat diolah menjadi lipid untuk bahan baku biofuel serta menjadi protein untuk bahan baku makanan.

“Penelitian mikroalga Indonesia dilakukan sejalan dengan penelitian lain, seperti waste water treatment, carbon capture , serta usaha konservasi ex situ mikroalga asli Indonesia. Identifikasi yang benar dari spesies alga dapat diaplikasikan di bidang bioteknologi, misalnya untuk sumber makanan, obat-obatan, kosmetik, dan biofuel. Pemahaman tentang ilmu taksonomi dan sistematika diperlukan agar mikroalga yang diteliti dapat dimanfaatkan secara maksimal,” ujar Prof. Nining.

Penelitian Prof. Nining tentang mikroalga merupakan satu dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Beberapa di antaranya adalah The Characteristics of Diatom in Different Preservation Methods: A Comparation Study (2023); Biomass Production of Subang Isolated Scenedesmus in Tubeshaped Photobioreactor with the Exposure of Audible Sound (Music): Photobioreactor Improvement Strategy (2023); dan The Role of Indonesian Indigenous Cyanobacteria Culture Collection as An Ex-situ Conservation Effort and Microalgae Biodiversity Study Material (2023).

Prof. Dr. Dra. Nining Betawati Prihantini, M.Sc. menamatkan pendidikan S1 Jurusan Biologi, Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam UI pada 1987; menyelesaikan pendidikan S2 di Program of Biosystem Studies, University of Tsukuba, Jepang pada 1998; serta memperoleh gelar doktor di Departemen Biologi FMIPA UI tahun 2015. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Research Group Microbial Systematics and Prospecting (MSP), Departemen Biologi, FMIPA UI.