Pentingnya Peningkatan Pemahaman Mitigasi Bencana Melalui Pendidikan Kreatif

Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang dapat mengancam keselamatan manusia setiap saat, serta berdampak pada kerusakan lingkungan. Bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, dan tsunami bisa terjadi di seluruh belahan dunia. Bencana memang tidak dapat dihindari, namun dapat diupayakan pengurangan risikonya.

Risiko bencana dapat diminimalisir dengan meningkatkan pemahaman mitigasi bencana melalui pendidikan pencegahan yang kreatif. Pendidikan kebencanaan adalah salah satu solusi internal di kalangan masyarakat guna mengurangi dampak dari bencana, serta membangun budaya tanggap dan sigap masyarakat terhadap bencana yang terjadi.

Pendidikan kreatif guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang mitigasi bencana juga telah menjadi urgensi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) untuk mengembangkan inovasi kurikulum kebencanaan kreatif yang betajuk KECAK, yaitu Kurikulum Edukasi Kebencanaan Kreatif dalam berbagai seri, salah satunya adalah KECAK-L untuks seri bencana tanah longsor, melalui mata kuliah Geologi Lingkungan dan Kebencanaan.

Sejalan dengan hal itu juga, tim Program Studi (Prodi) Geologi FMIPA UI yang terdiri dari dosen dan mahasiswa menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dengan menghadirkan inovasi KECAK-L (Kurikulum Bencana Kreatif Seri Longsor) tersebut di SMA Negeri 1 Depok, Jawa Barat, tanggal 8 dan 15 Agustus 2023. Di sana, tim memberikan pengalaman pembelajaran yang tidak hanya edukatif dan inovatif, tapi juga menarik, dan kreatif, dalam simulasi tentang potensi risiko longsor.

Program kegiatan yang diketuai oleh Twin Hosea W. Kristyanto, M.T. ini merupakan metode simulasi yang berfokus dalam menunjukkan peristiwa bencana longsor yang mungkin terjadi di masa mendatang.

“Penguasaan kemampuan mitigasi bencana berbasis Pendidikan kreatif di kalangan siswa menurut kami sangat penting, selain pemahaman materi tentang bencana itu sendiri. Dengan pengetahuan kebencanaan yang mereka miliki, diharapkan kondisi psikologi seperti cemas dan takut dalam diri mereka dapat dikendalikan ketika terjadi bencana,”kata Twin.

Twin beserta tim FMIPA UI mendemontrasikan KECAK-L dengan memberikan ilustrasi, dan simulasi role playing atau memainkan peran. Twin mengatakan bahwa melalui model pembelajaran kreatif ini cara mengajar menjadi lebih menarik dan mudah dipahami peserta.

“Cara mengajar menjadi lebih kreatif yang membuat peserta lebih terampil dalam menyesuaikan antara materi yang diberikan tim dengan keadaan saat ini,” ujarnya.

Ia melanjutkan, langkah-langkah mitigasi tidak hanya menitikberatkan pada manajemen bencana, tetapi juga pada pendalaman pemahaman peserta. Tujuannya adalah agar peserta lebih sigap dan tanggap dalam merespon bencana pada saat, dan setelah terjadi bencana.

Kegiatan KECAK-L dilakukan dua kali, khususnya untuk siswa kelas XI IPA dan XI IPS. Kegiatan, dimulai dengan sharing materi terkait longsor kepada peserta. Namun sebelum penyampaian materi, peserta menjalani pre-test untuk mengukur pemahaman awal mereka. Kegiatan dilanjutkan dengan simulasi longsor, dalam sesi ini siswa terlibat aktif dalam pembuatan alat peraga bersama dengan tim.

Alat peraga terbuat dari kardus yang dibentuk menyerupai lereng yang memiliki kemiringan curam. Kemudian di atas lereng buatan tersebut, diletakkan tanah dalam dua kondisi, yaitu kondisi tanpa vegetasi dan kondisi dengan tumbuhan atau rumput di atasnya. Kemudian, lereng dari kardus tersebut, dengan dua skenario yang berbeda, disiram dengan air sebagai simulasi air hujan. Tujuan dari peragaan ini adalah untuk menunjukkan bahwa dengan menjaga tanah penutup lereng tetap hijau oleh tanaman, maka dapat mencegah terjadinya kelongsoran.

Usai kegiatan, tim melakukan post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman peserta tentang seluruh materi yang telah diberikan tim. Hasil post-test terbukti cukup positif, dengan menunjukkan peningkatan pemahaman siswa tentang risiko longsor.

Twin beraharap, KECAK-L menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan bencana dapat menjadi menarik dan efektif, sekaligus menjadi solusi bagi SMAN 1 Depok atas permasalahan yang dihadapi, yakni peningkatan kapasitas siswa siswi dalam menghadapi bencana.

Ia juga berharap manfaat kegiatan ini dapat memberikan dampak yang lebih luas, yaitu terbentuknya kelompok masyarakat yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berada di wilayah rawan bencana.