Inovasi Kematian Terprogram Sel Sebagai Kunci Pengembangan Terapi Kanker

Prof. Anom Bowolaksono, Ph.D. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Biologi Selular dan Molekular Integratif, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI). Prosesi pengukuhan yang dipimpin  oleh Ketua Dewan Guru Besar UI, Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH, MA, Ph.D tersebut dilaksanakan pada Rabu (25/10), di Balai Sidang Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok. Prof. Anom dikukuhkan sebagai guru besar setelah menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Memprogram Kematian, Menunda Penuaan Untuk Berkelanjutan”.

Dalam pidatonya, Prof. Anom menyebut bahwa sebagaimana kodrat kehidupan, sel mempunyai masa hidup yang terbatas. Namun, berbeda dengan kebanyakan manusia yang ingin berumur panjang, sel memiliki mekanisme kematian ketika sampai pada titik masa tertentu yang membuatnya tidak produktif lagi. Mekanisme kematian biologis ini disebut kematian sel terprogram atau programmed cell death (PCD), yang memungkinkan sel untuk menghancurkan diri sendiri. Terdapat dua mekanisme utama kematian sel yang saat ini diketahui, yaitu tak terprogram (nekrosis) dan terprogram (apoptosis). Menurut Prof. Anom, apoptosis adalah mekanisme esensial yang terjadi dalam berbagai jenjang kehidupan. Peristiwa ini terlibat dalam individualisasi jari selama proses pembentukan embrio, berperan dalam penutupan dorsal dan rotasi organ genital selama morfogenesis, mengembalikan dinding rahim ke kondisi awal pasca persalinan, serta membersihkan sel-sel tubuh yang telah rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi. “Apoptosis merupakan mekanisme terkonservasi yang fundamental untuk keberlangsungan kehidupan. Disregulasi pada pengaturan apoptosis dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti kanker dan penuaan. Dengan mempelajari dasar-dasar kematian sel terprogram, kita dapat memprogram kematian sel untuk mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan manusia, seperti penyakit kanker dan beberapa kelainan degeneratif lainnya,” ujar Prof. Anom.

Kanker, yang merupakan salah satu penyakit penyebab utama kematian di dunia, disebabkan oleh masalah pada jalur pensinyalan apoptosis. Masalah tersebut di antaranya ketidakseimbangan protein proapoptosis dan antiapoptosis, penurunan fungsi caspase, dan gangguan pensinyalan death receptor sehingga kematian sel yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan jumlah sel tidak terjadi. Akibatnya, sel terus memperbanyak diri membentuk tumor. Dengan demikian, pemahaman terhadap mekanisme apoptosis dapat mengarahkan menuju terapi kanker baru yang lebih efektif dan spesifik.    Selain kanker, gangguan apoptosis juga mengakibatkan degenerasi fungsi organ tubuh yang salah satu tandanya adalah penuaan. Salah satu efek penuaan yang kejadiannya berdampak pada kelangsungan kehidupan dapat terlihat pada aspek kesuburan wanita. Riset yang Prof. Anom lakukan menunjukkan bahwa sistem reproduksi merupakan sistem organ dengan laju penuaan paling cepat dibandingkan sistem tubuh lainnya. Pada sistem reproduksi wanita, jumlah salinan DNA mitokondria (mtDNA) pada oosit dan sel kumulus wanita terbukti terus menurun seiring dengan pertambahan usia. Padahal, mtDNA memainkan peran penting dalam maturasi oosit, keberhasilan fertilisasi, dan perkembangan embrio pascaimplantasi.

Selain itu, ketiadaan BAX, salah satu faktor proapoptosis, dilaporkan mendukung pertahanan folikel primordial sehingga meningkatkan waktu hidup ovarium dan kesuburan. Oleh karena itu, seiring dengan tren menunda kelahiran dan pernikahan yang terjadi saat ini, pemahaman terkait peran apoptosis dalam penuaan sistem reproduksi wanita dapat mengarahkan menuju pengembangan metodemetode untuk menjaga kesuburan dan merawat kehamilan. Sebelum melakukan kajian tentang mekanisme apoptosis, Prof. Anom telah banyak melakukan penelitian serupa. Beberapa di antaranya adalah The origin and possible mechanism of embryonic cellfree DNA release in spent embryo culture media: a review (2023); The effect of follitropin alfa in controlled ovarian stimulation protocol for in vitro fertilization cycles (2023); dan Cryoprotective effects of longan honey on preantral follicle integrity of rat ovary post vitrification (2023).

Prof. Anom Bowolaksono, Ph.D. menamatkan S1 Biologi di Universitas Indonesia pada 1997; menyelesaikan Program Magister Biologi Sel di Okayama University, Jepang pada 2006; dan memperoleh gelar Doktor Biologi Sel di Okayama University, Jepang pada 2009. Ia pernah menjabat sebagai Lektor Kepala Departemen Biologi FMIPA UI pada 2016, dan saat ini, merupakan pengajar di Departemen Biologi FMIPA UI.

Prosesi pengukuhan guru besar Prof. Anom turut dihadiri oleh Guru Besar FMIPA Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Miftahudin, M.Si.; Guru Besar FMIPA Universitas Negeri Makassar, Prof. Oslan Jumadi, S.Si., M.Phil., Ph.D; Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Papua, Prof. Dr. Ir. Andoyo Supriyantono, M.Sc; Guru Besar Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr. Elfahmi, S.Si., M.Si.; Dekan FMIPA IPB, Dr. Berry Juliandi; dan Konsultan WHO Kemenkes RI, Prof. Dr. M. Sudomo.